Content WritingCopywriting

25 Kesalahan Penulis yang (Mungkin Pernah) Dilakukan

Di dunia ini tidak ada yang sermpurna kecuali tuhan YME. Manusia adalah tempatnya berbuat salah dan tidak akan luput dari itu, termasuk penulis. Banyak kesalahan penulis yang bisa terjadi loh, tidak hanya untuk pemula sekali pun, bahkan penulis profesional/berpengalaman juga dapat membuat kesalahan baik itu dalam tulisannya atau pun profesinya.

Wah, penasaran ya? Sebenarnya, apa saja kesalahan penulis yang mungkin dilakukan? Baik itu secara sadar atau pun tidak sadar?

1. Tidak Self Editing

Ini mungkin kesalahan penulis yang paling mendasar, yaitu tidak mau self editingMungkin karena malas atau ada editornya.

Padahal, tidak ada salahnya untuk mengecek sendiri draft pertama tulisan yang kita buat. Jadi, kita bisa menemukan kesalahan duluan sebelum ditermukan oleh editor. Apalagi kalau tanpa editor. Jadi tanggung jawab kita untuk menyunting sendiri.

Jangan pernah melewatkan proses self editing!

2. Langsung Publikasi Tulisan yang masih Draft Pertama

Mungkin karena dikejar deadline atau malas menyunting, ada penulis yang langsung posting tulisan yang merupakan draft pertamanya, padahal jelas-jelas kalau draft pertama tulisan itu akan selalu buruk, bahkan tulisan buatan AI sekalipun.

Jika situsnya punya traffic yang sepi mungkin bisa “selamat”. Namun, untuk situs yang traffic tinggi seperti media nasional. Kesalahan dalam penulisan atau ambiguitas dapat menyebabkan misinterpretasi di banyak pembaca, sehingga reputasi menjadi taruhannya.

3. Tidak Mengikuti Komunitas Menulis

Penulis memang pekerjaan yang lebih enak menyendiri dan di tempat sepi. Namun, bukan berarti penulis tidak dianjurkan untuk berkomunitas.

Justru, penulis itu sebaiknya mengikuti komunitas agar mendapatkan ide/inspirasi dari tulisan orang lain. Bahkan bisa jadi menemukan mentor menulis yang bisa mengarahkannya ke jalan yang benar.

Jangan beralasan introvert. Kalau pun kamu malu untuk berbicara di komunitas, setidaknya bisa jadi silent reader.

4. Skip Latihan Menulis

Pemain bola akan kehilangan sentuhan jika tidak latihan rutin. Begitu pula dengan penulis. Mereka akan kehilangan sense menulisnya jika terlalu lama tidak latihan menulis.

Usahakan untuk latihan menulis serutin mungkin, misalnya setiap hari menulis 300 kata untuk niche tertentu.

Tidak harus banyak, yang penting konsisten!

5. Kurang Bijak dalam Menanggapi Feedback Negatif

Kita tidak bisa mengontrol respon pembaca. Karena itu, penting bagi penulis untuk tahan banting dengan feedback negatif atau kritik.

Jangan jadikan feedback negatif sebagai ancaman, justru respon yang tidak enak tersebut dijadikan masukan agar tulisan kita lebih baik.

6. Punya Hubungan yang Kurang Baik dengan Editor

Ini mungkin salah satu kesalahan penulis artikel ini di zaman dulu. Penulis pernah bertikai dengan editor karena penyampaian dari editor yang kurang elok, sehingga jasa menulis dari penulis tidak dilanjutkan.

Meski terkadang menyakitkan, editor adalah pembaca pertama karyamu. Jadi, jalinlah hubungan baik dengannya.  Editor memang tidak selalu benar, karena itulah, perlu diskusi dua arah agar output-nya sesuai dan on the same page.

7. Salah Memilih Mentor

Salah memilih mentor itu sama saja mengikuti penanda jalan yang mengarahkan ke jalan buntu atau jalan yang menyesatkan.

Mau putar balik juga sudah terlalu jauh dan menghabiskan waktu serta tenaga.

Apa saja sih ciri-ciri mentor yang menyesatkan? Berikut karakteristiknya:

  • Sering mengarahkan tulisan ke hal negatif
  • Tidak pernah mengapresiasi karya
  • Mendukung hal yang salah
  • Hampir tidak pernah memberikan feedback
  • Menganggap dirinya selalu benar

8. Tidak Mempelajari Tata Bahasa

Menulis itu adalah metode komunikasi, jadi lucu sekali kalau penulis tidak mau mempelajari tata bahasa.

Meski tidak semua tulisan itu harus menggunakan bahasa baku atau bernada formal, penulis tetap harus belajar tata bahasa agar pembaca bisa paham dengan tulisannya.

Contoh tata bahasa yang lumrah di Indonesia untuk penulisan adalah SPOK. Hayo, masih ingat tidak?

9. Tidak punya Blog Pribadi

Jangan cuma menulis di media lain saja. Seorang penulis sangat disayangkan kalau tidak punya blog pribadi. Mengapa? Karena blog pribadi adalah tempat terbebas penulis untuk mengekspersikan dirinya.

Selain itu, penulis juga bisa menulis keluh kesahnya di blog pribadi secara privat.

10. Tidak Belajar SEO

Sudah bukan rahasia umum kalau penulis jaman sekarang diminta untuk mengerti SEO juga, paling tidak on-page SEO-nya saja atau HTML tag seperti header tag.

Untuk survive dengan perkembangan zaman, penulis harus belajar SEO, paling tidak tahu cara membuat konten yang memenuhi search intent dari user.

11. Menganggap bahwa Idenya paling Bagus

Mungkin, terkadang kita mengatakan bahwa ide kita tuh paling bagus, padahal sebenarnya ada ide yang lebih bagus.

Saat sedang berdiskusi soal ide, seorang penulis sebaiknya tidak mengisi “gelasnya” atau dengan kata lain dengarkan dulu ide orang lain. Jangan mendengar untuk menjawab atau mengerdilkan lawan bicara.

Yang menikmati hasil ide tulisan nanti juga penulisnya.

12. Mengakomodir Semua Masukan

Perlu diketahui bahwa kita memang tidak mungkin menyenangkan semua orang, karena itu jangan mengakomodir semua saran, apalagi kalau masukannya berasal dari seseorang yang bukan target pembaca kita.

13. Tidak Menyebarkan Tulisannya

Kita memang punya pilihan untuk menyimpan tulisan sendiri atau menyebarkannya ke masyarakat.

Sangat disayangkan kalau tulisan itu tidak disebarkan, padahal dampaknya besar sekali baik itu untuk diri sendiri dan orang lain.

Kalau penulis artikel ini tidak suka sharing konten, tidak mungkin tulisan penulis ada di DailySEO ID.

14. Menarget Semua Orang

Mirip dengan nomor 12. Kita tuh harus punya target pembaca yang jelas agar kontennya fokus sesuai dengan persona yang kita inginkan. Menargetkan semua orang itu sama saja dengan tidak menarget siapa pun. Ingat bahwa bahan pokok yang tidak berasa seperti air pun ada target pasarnya.

15. Tidak bisa Mengelola Waktu/Beban Kerja

Menulis sampai lupa waktu terkadang memang nikmat, namun buruk untuk jangka panjang. Penulis profesional harus bisa mengelola waktunya, begitu juga dengan beban kerjanya.

Penulis yang tidak bisa mengelola waktu dan beban kerjanya akan menggadaikan kesehatannya sendiri.

16. Terlalu Mengandalkan AI

Zaman sekarang, dengan hadirnya AI, penulis bisa menggunakannya dengan cara membuat prompt untuk membantu dalam penulisan/penyuntingan.

Sayangnya, kalau terlalu sering mengandalkan AI, insting menulis kita akan turun. Jadi, jangan sampai termanjakan oleh automasi.

17. Menulis di Media yang Salah

Penulis artikel ini sering melihat penulis yang mau saja dibayar murah oleh media atau klien yang tidak benar.

CmonSkill menulis itu berharga, masa mau dihargai murah?

Akhirnya, penulis tersebut menormalisasi harga murah dalam jasanya, sehingga merusak harga pasar, dan penulis kurang dihargai di negara ini.

18. Melakukan Plagiarisme

Copy paste karya orang memang cuma modal ctrl + C dan ctrl + V saja. Mudah bukan? Namun, hal ini tidak beretika dan sama saja dengan tidak menghargai usaha dan karya orang lain.

Perlu diketahui plagirisme itu merupakan tindak pidana. Bahkan gelar seseorang bisa dicabut karena melakukan tindakan tidak terpuji ini.

Mari hargai karya dan berusaha untuk membuat tulisan yang orisinil!

19. Menulis hanya sekedar Parotting

Mirip dengan copas saja. Parotting adalah mengulangi kata tanpa paham akan maksudnya, seperti burung beo yang mengikuti kata orang, tapi tidak mengerti maknanya.

Penulis yang baik tidak hanya sekedar parotting saja, tetapi juga memahami isi tulisannya.

20. Menggunakan Spinner

Parafrase memang ada tantangannya sendiri, namun jangan pernah menggunakan spinner. Lagipula article spinning juga dilarang oleh Google.

21. Membuat Judul yang terlalu Clickbait

Demi pageview, penulis sampai rela membuat judul clickbait yang bahkan judulnya tidak menjawab isinya.

Mungkin memang CTR dari tulisannya naik, namun nama baik penulis akan dipertaruhkan dalam jangka panjang.

22. Hanya Mengandalkan Satu Referensi

Dalam menulis, apalagi jika niche-nya berbau sains dan ilmiah, jangan hanya menggunakan satu referensi saja.

Membaca lebih dari dua referensi akan membuka perspektif penulis lebih jauh, bahkan kita bisa mengetahui apakah ada kesalahan/kontradiksi pada masing-masing referensi.

23. Menggunakan Referensi yang Tidak Kredibel

Saat menulis, mungkin kita pernah tidak sengaja memakai referensi yang tidak kredibel. Tentunya hal ini berbahaya, terutama untuk topik YMYL.

Contoh referensi yang tidak kredibel adalah tulisan yang sudah outdated alias usang/jadul dan ada update informasi terbarunya.

24. Tidak Mengikuti/Memahami Brief

Kalau menulis di media orang lain, pastinya ada aturan atau brief yang berlaku.

Terkadang, ada penulis yang menulis sesukanya, padahal ada aturan yang jelas di medianya soal aturan kaidah penulisan.

Kalau tidak suka diatur, menulis di blog pribadi saja.

25. Menunda untuk Menulis

Rasanya pasti enak sekali kalau ngomong ntar, ntar, ntar, atau prinsip mengapa mengerjakannya hari ini kalau bisa dilakukan besok alias punya kebiasaan menunda.

Percaya deh, kebiasaan menunda ini akan membuat penulis susah untuk mengembangkan kemampuannya.

Yuk lawan rasa ingin menunda dan disiplin dengan aturan menulis yang telah dibuat, terutama untuk diri sendiri.

Kesalahan mana yang pernah Kamu Lakukan?

Kesalahan yang disebutkan di artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi penulis dan observasi penulis terhadap blogger dan berbagai jenis penulis lainnya, baik itu fiksi atau pun non fiksi.

Pernah melakukan kesalahan yang disebutkan bukan berarti kamu jelek atau gagal sebagai penulis kok. Tentunya, kita harus belajar dari kesalahan bukan?

Semoga dengan tulisan ini, penulis pemula atau pun profesional bisa berbenah dan tidak melakukan kesalahan yang disebutkan di tulisan ini.

Happy writing!

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *