KarirPenyuntingan

7 Skill Editor Artikel yang Wajib Dimiliki Seorang Editor

Sebagai editor artikel, tentunya kita harus menguasai skill tertentu agar pekerjaan ini bisa kita lakukan sebaik mungkin. Skill editor artikel tidak hanya sekedar menemukan kesalahan saja loh. Ada juga skill lain yang harus dimiliki mereka.

Apa saja skill editor artikel yang harus dikuasai jika ingin menjalani profesi ini?

1. Membaca

Mungkin ini akan terdengar kasar. Menurut penulis, seorang editor yang tidak suka/tidak mau membaca sebaiknya mundur saja dari profesi editor. Yang ada kasihan penulisnya karena tidak mendapatkan feedback yang objektif.

Membaca adalah skill editor artikel yang wajib dikuasai. Bahkan termasuk endurance membaca.

Bayangkan dirimu kalau membaca 3000 kata saja sudah pusing. Yakin mau jadi editor? Seorang editor artikel itu dituntut punya literasi dan minat baca yang tinggi.

2. Attention to Detail

Salah satu tugas editor adalah memperbaiki artikel. Atau dengan kata lain, menemukan kesalahan dalam penulisan.

Skill yang memenuhi tuntutan ini adalah attention to detail atau perhatian terhadap detail.

Tidak hanya soal menemukan typo saja, tetapi juga inkonsitensi pada paragraf, kalimat ambigu, kalimat tidak efektif, dan tone of voice yang tidak sesuai dengan brand guideline.

Attention to detail mungkin bisa dibilang teliti.

3. Penguasaan Tata Bahasa

Saat menyunting artikel dengan gaya bahasa formal, penguasaan tata bahasa menjadi kunci.

Contoh penguasaan tata bahasa:

Tidak hanya bahasa Indonesia saja. Hal ini juga berlaku pada bahasa lainnya seperti bahasa Inggris.

4. Cepat Memahami Sesuatu

Seorang editor wajib memahami apa yang penulis mereka tulis. Kalau tidak, pasti feedback yang akan mereka (editor) berikan akan asal-asalan. Padahal sudah fakta, malah dikoreksi.

Sama dengan penulis, editor harus cepat paham akan suatu konsep agar suatu konten bisa cepat diproduksi tanpa perlu adanya fact-checking lebih lama.

5. Riset

Ketika tidak menerapkan author authority, seorang editor wajib melakukan riset dari referensi yang dipakai oleh penulis. Hal ini penting agar kontennya bersifat faktual.

Kalau menerapkan author authority, tidak masalah untuk riset untuk meyakinkan diri.

6. Memberikan Feedback yang Konstruktif

Banyak penulis yang bertikai dengan editor akibat editor yang tidak bisa memberikan feedback yang konstruktif. Contohnya hanya memberi nilai jelek pada artikel tanpa memberi tahu apa yang harus diperbaiki atau masukan agar tulisannya bisa lebih baik.

Seorang editor yang baik wajib bisa memberikan feedback yang konstruktif. Tidak hanya sekedar memberi tahu kalau ada kesalahan dalam penulisan.

Menulis tanpa editor memang sulit. Karena itu, kita sebagai editor hadir untuk membantu penulis dalam menciptakan artikel yang bagus.

7. Memberikan Brief

Selain memberikan feedback konstruktif, membuat brief kepada penulis juga termasuk skill editor artikel yang wajib dikuasai.

Dengan brief yang baik, penulis bisa menulis sesuai dengan ekspektasi kita sebagai editor dan pekerjaan kita juga bebannya tidak terlalu berat.

Jadi, kalau penulis banyak revisinya, jangan hanya salahkan penulis. Lihat juga apakah kita sebagai editor sudah memberikan brief sejelas mungkin atau belum?

Mengapa Editor Artikel harus Menguasai Skill di Atas?

Terdapat alasan mengapa editor artikel harus menguasai skill yang disebutkan di atas, yaitu:

  • Menyempurnakan artikel
  • Meminimalkan peluang untuk membuat kesalahan
  • Meminimalkan potensi konflik dengan penulis
  • Menghemat waktu/energi yang dihabiskan untuk memperbaiki kesalahan dalam penulisan
  • Punya jenjang karir lebih baik, misalnya menjadi pimpinan redaksi
  • Menjadi gatekeeper handal dalam komunikasi massa

Jadi, menguasai skill editor tidak hanya sekedar membuat artikel yang lebih baik, tetapi juga menjaga hubungan baik dengan penulis.

Kuasai Skill Editor Artikel agar Artikel Berkualitas lebih Baik

Kalau kamu beneran ingin menjadi editor artikel, maka kuasailah skill yang sudah disebutkan di atas karena hal ini tidak hanya meningkatkan kualitas pekerjaan, tetapi juga mejaga hubungan baik dengan rekan kerja (penulis).

Akhir kata, editor tidak hanya butuh hard skill, tetapi juga soft skill.

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *