Lomba

Bagaimana Peran Kepala Keluarga untuk Mewujudkan Pokok Pikiran dari Hari Keluarga Nasional?

Bagaimana Peran Kepala Keluarga untuk Mewujudkan Pokok Pikiran dari Hari Keluarga Nasional?

Tahukah kamu? Tanggal 29 Juni diperingati setiap tahunnya sebagai Hari Keluarga Nasional.

Mengapa tanggal 29 Juni? Hal ini karena pada tanggal tersebut pada tahun 1949, pejuang negara kita yang selamat kembali kepada keluarga mereka masing-masing.

Tentu saja berkumpulnya pejuang negara kita dengan keluarganya adalah klimaks yang luar biasa. Bagaimana tidak? Mereka harus rela berpisah dan jauh dari keluarga demi memperjuangkan kedaulatan bangsa Indonesia.

Dari berkumpulnya kembali pejuang negara kita dengan keluarganya, sebenarnya terdapat pesan mendalam, yaitu pentingnya keluarga.

Meski cikal bakalnya adalah berkumpulnya kembali pejuang negara kita dengan keluarga mereka. Hari Keluarga Nasional baru diresmikan di era Presiden Soeharto atas gagasan Prof. Dr. Haryono Suyono yang saat itu menjabat sebagai Ketua Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Terdapat tiga pokok pikiran dari Hari Keluarga Nasional, yaitu:

  1. Mewarisi semangat kepahlawanan dan perjuangan bangsa
  2. Menghargai peran keluarga bagi kesejahteraan bangsa
  3. Membangun keluarga yang bekerja keras dan mampu berbenah diri agar sejahtera

Dari tiga pokok pikiran tersebut, peran kepala keluarga sangat penting karena keberhasilan dari terwujudnya pokok pikiran Hari Keluarga Nasional tersebut bergantung pada pemimpin keluarga (kepala keluarga).

Bagaimana peran kepala keluarga untuk mewujudkan pokok pikiran tersebut?

1. Menjaga Komunikasi antar Anggota Keluarga

Sebagai kepala keluarga, untuk menyejahterakan anggota keluarganya, diperlukan komunikasi yang baik.

Dimulai dari tidak pernah membentak saat terjadi konflik, mengutamakan komunikasi dua arah, dan selalu bermusyawarah jika ada perbedaan pendapat.

Keluarga yang memiliki kepala keluarga dengan kemampuan komunikasi yang buruk tidak akan sejahtera, bahkan untuk berbicara satu sama lain pun sepertinya sulit. Kalau pun nafkahya cukup untuk hidup, kehidupan keluarganya tidak bahagia.

Komunikasi yang buruk terhadap istri dapat menyebabkan KDRT. Untuk anak? Bisa jadi mereka akan kehilangan sosok orang tua, sehingga berbuat kenakalan di kemudian hari atau kesehatan mentalnya terganggu.

Apakah kita mau semua itu terjadi hanya karena miskomunikasi atau kemampuan komunikasi yang buruk? Untuk kepala keluarga, yuk pelajari cara komunikasi yang baik kepada anggota keluargamu.

2. Memberi Kehidupan yang Layak

Seorang kepala keluarga bisa menyejahterakan keluarganya dengan “kehidupan yang layak”.

“Kehidupan yang layak” disini adalah sandang, pangan, dan papan.

Eh, bukan berarti harus semuanya pakaian branded, makanan mahal, atau rumah yang harganya puluhan milyar. Berikut contoh pemenuhan sandang, pangan, dan papan.

Untuk sandang:

  1. Pakaian untuk di rumah
  2. Pakaian untuk bepergian
  3. Bukan pakaian robek atau tidak layak pakai
  4. Jaket jika tinggal di daerah dingin
  5. Pakaian khusus olahraga

Untuk pangan:

  1. Memenuhi kaidah Isi Piringku dari Kementrian Kesehatan dan gizi seimbang
  2. ASI eksklusif untuk bayi
  3. MPASI untuk bayi setelah berumur enam bulan
  4. Suplemen untuk istri yang sedang hamil/menyusui
  5. Bukan makanan yang kadaluarsa/basi atau tidak layak makan
  6. Tidak memberikan asupan gula, garam, dan lemak secara berlebihan

Untuk papan:

  1. Rumah yang layak untuk ditinggali, sesuai dengan preferensi keluarga
  2. Jika belum sanggup membeli rumah, maka bisa KPR atau mengontrak dulu

Seorang kepala keluarga harus memenuhi ketiga hal ini (sandang, pangan, papan) agar keluarganya sehat dan aman, serta berkembang ke arah yang lebih baik. Contohnya:

  1. Pemberian pakaian yang bagus akan menghindarkan seorang anak dari pem-bully-an
  2. Rumah yang tepat tidak perlu sering direnovasi dan aman dari kasus seperti pencurian
  3. Keluarga yang memenuhi prinsip gizi seimbang dalam makan dapat terhindar dari penyakit kronis

Pemenuhan sandang, pangan, dan papan pastinya bisa dipenuhi selama kepala keluarganya produktif dan punya banyak sumber penghasilan serta bisa mengelola keuangan dengan baik.

3. Selalu Ada Waktu untuk Keluarga

Setiap orang diberikan porsi jam yang sama setiap harinya, yaitu 24 jam dalam sehari, termasuk kepala keluarga.

Kepala keluarga yang akan mewujudkan pokok pikiran Hari Keluarga Nasional harus bisa membagi waktu yang ia miliki untuk keluarganya. Lebih tepatnya selalu ada waktu untuk keluarganya.

Di zaman ini, kita mungkin sering melihat orang-orang yang bekerja tidak kenal waktu. Tanggal merah bukannya libur dan menghabiskan waktu bersama keluarga, tapi malah meeting dengan kolega kerjanya atau menyelesaikan deadline. Bahkan ada orang yang dengan bangganya buka laptop untuk bekerja saat acara keluarga.

Sebenarnya, dedikasi untuk mencari nafkah itu luar biasa, tetapi apakah kita lupa kalau waktu itu tidak bisa mundur? Waktu itu berharga karena tidak bisa diputar ulang dan banyak orang yang menyesal karena kurang menghabiskan waktu bersama keluarganya.

Jadi, mari tetap miliki waktu khusus bersama keluarga tercinta karena waktu itu berharga. Istri yang dulunya cantik, kulitnya akan semakin keriput dengan jalannya waktu. Anak yang dulu hanya bisa merangkak telah menjadi profesor dua puluh tahun kemudian.

Ketika hal itu terjadi, kepala keluarga hanya bisa menyesal karena waktu berharga yang seharusnya dihabiskan bersama keluarganya tidak bisa diulang lagi.

Ingat kalau uang tidak akan bisa memutar kembali waktu yang sudah berjalan. Jadi, manfaatkanlah dengan baik.

4. Mencari Nafkah/Memiliki Penghasilan

Tentu saja mencari nafkah dan memiliki penghasilan adalah peran wajib bagi kepala keluarga agar keluarganya sejahtera. Eh, tapi bukan berarti kerja, kerja, kerja terus bagai kuda ya!

Mencari nafkah dan memiliki penghasilan zaman sekarang ini tidak hanya bekerja (mendapatkan penghasilan aktif) saja loh. Kita bisa juga mendapatkan penghasilan pasif. Jadi, tanpa bekerja, uang mengalir sendiri kepada kita.

Beberapa cara untuk memiliki penghasilan aktif adalah:

  1. Bekerja secara full time atau dikontrak
  2. Menjadi pekerja lepas dengan menjual keahlian kita

Sementara itu, untuk mendapatkan penghasilan pasif, caranya lebih banyak, yaitu:

  1. Investasi aset seperti saham dan properti,
  2. Royalti dari karya seperti musik dan buku
  3. Menyewakan ruang untuk ditempati orang lain
  4. Iklan dari situs (adsense)
  5. Membuat video edukasi
  6. Menjual gambar di internet

Banyak bukan? Di era ini, kepala keluarga harus lebih aktif, kreatif, dan produktif karena selain metode mendapatkan penghasilan lebih banyak, persaingan juga ikut bertambah.

Yuk selalu semangat mendapatkan penghasilan demi keluarga kita tercinta! Bayangkan senyum mereka setelah mendapatkan traktiran makan darimu.

5. Mendidik dengan Benar

Dengan derasnya arus informasi di era digital ini, seorang kepala keluarga harus bijak dalam mendidik anggota keluarganya, terutama anak-anaknya yang masih polos dan bisa jadi langsung percaya pada informasi yang mereka terima.

Didiklah anggota keluarga dan tanamkan mindset berikut ini:

  1. Jangan langsung percaya pada informasi yang tersebar di internet. Lakukan perbandingan antar media atau sumber yang kredibel
  2. Terlalu sering melihat media yang menceritakan superlatif itu tidak baik karena dapat menyebabkan FOMO atau kedengkian. Padahal, sesungguhnya kehidupan itu lebih banyak rata-rata, tetapi media lebih sering memberikan spotlight kepada yang “paling” dalam sesuatu
  3. Ajak anggota keluarga untuk berdiskusi tentang isu yang sedang beredar di internet. Tanya pendapat mereka tanpa menghakimi atau angkuh dengan merasa apa pun yang mereka ucapkan pasti salah. Komunikasi dua arah itu wajib.
  4. Jadikan agama dan Pancasila sebagai pedoman hidup agar paham sesat yang tersebar di media dapat ditangkal

Peran mendidik itu tidak hanya dibebankan kepada guru di sekolah saja, tetapi juga kepala keluarga. Apalagi, anak lebih banyak menghabiskan waktunya bersama orang tua, terutama di usia belia.

Mari didik anak kita dengan baik agar mereka terlindungi dari dampak negatif media digital!

6. “Tempat Pulang”

Pasti rasanya tidak enak kalau punya kepala keluarga yang tidak bisa dijadikan tempat untuk “pulang” setelah penat seharian karena sekolah, pekerjaan, bisnis, atau apa pun yang menyebabkan stres.

Seorang kepala keluarga yang baik bisa menjadi “tempat pulang” bagi anggota keluarganya.

Tidak perlu gengsi atau jaga wibawa di momen tersebut. Saat seorang istri atau anak sedang berkeluh kesah, dengarkanlah dengan baik dan jangan ditanggapi terlebih dahulu karena mereka sedang melampiaskan emosinya.

Lebih baik kalau mereka mengadu kepada kita yang kepala keluarga daripada mereka mencari “tempat pulang” yang lain bukan?

Mari jadi “tempat pulang” terbaik untuk anggota keluarga kita agar sejahtera!

Peran Kepala Keluarga Itu Vital dalam Mewujudkan Pokok Pikiran dari Hari Keluarga Nasional

Dari enam peran yang disebutkan di artikel ini, jelas sekali kalau kepala keluarga memegang peranan vital dalam mewujudkan pokok pikiran dari Hari Keluarga Nasional.

Di balik keluarga yang sejahtera, ada kepala keluarga yang berhasil menjalankan perannya dengan baik.

Semangat terus untukmu, kepala keluarga yang hebat dan produktif dalam memimpin keluarganya untuk mewujudkan pokok pikiran dari Hari Keluarga Nasional. Family first!

Tulisan ini berhasil menjadi salah satu dari 5 artikel terbaik di lomba menulis artikel dengan tema hari keluarga nasional yang diadakan oleh Productive+.

Sumber:

https://www.bkkbn.go.id/berita-sejarah-hari-keluarga-nasional-merencanakan-keluarga-membangun-bangsa

https://news.detik.com/berita/d-6788239/hari-keluarga-nasional-29-juni-2023-sejarah-tema-dan-cara-merayakannya

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *