Berapa Jumlah Kata yang Ideal dalam Artikel/Blog?
“Artikel ini harus dibuat dengan minimal 500 kata”. Begitulah isi content brief yang biasa diterima penulis. Ada minimal jumlah kata. Kalau tidak memenuhi hal tersebut, maka pertengkaran dengan editor sepertinya tidak terhindarkan.
Jumlah kata masih sering ada pada content brief yang diberikan kepada penulis, terutama dalam menulis artikel blog.
Sebenarnya, apa jumlah kata dalam artikel blog itu berpengaruh pada ranking di Google? Berapa jumlah kata yang ideal dalam suatu artikel?
Apakah Jumlah Kata Berpengaruh pada Ranking di Google?
Dikutip dari Search Engine Journal, menurut search advocate Google, John Mueller, ia mengonfirmasi bahwa jumlah kata bukan merupakan ranking factor dalam algoritma Google. Tambahannya, ia mengatakan bahwa sekedar menambah jumlah teks tanpa makna apa pun tidak akan membuat laman lebih baik.
Manfaat Mengetahui Jumlah Kata
Meski jumlah kata bukan merupakan ranking factor dalam algoritma Google, mengetahui jumlah kata yang kita tulis masih ada manfaatnya, yaitu:
a. Menguji Kemampuan Diri
Biasanya, saat latihan menulis, kita bisa menjadikan jumlah kata sebagai parameter. Misalnya, kita bisa membuat artikel 1000 kata dalam berapa jam? Hal ini akan memengaruhi manajemen waktu dan workload-mu.
Dengan mengetahui kemampuan diri, kita jadi tidak sembarangan menerima pekerjaan.
b. Negosiasi Gaji
Dalam menulis, biasanya kita bisa dibayar berdasarkan jumlah kata yang kita tulis. Hal ini bisa jadi pertimbangan dalam negosiasi gaji.
Semakin banyak jumlah katanya, tentu bayarannya akan semakin besar. Wajar saja karena effort-nya akan lebih berat.
Bayaran ini bisa antara per jumlah kata atau estimated reading time.
c. Mengecek Keyword Density
Untuk editor, jumlah kata dapat membantu untuk melihat berapa keyword density, sehingga bisa dicek apakah ada indikasi keyword stuffing atau tidak.
d. Menyusun Outline
Semakin banyak sub judul, maka jumlah kata dalam blog akan semakin banyak. Karena itu, kita bisa menerka berapa jumlah kata yang akan ditulis dengan jumlah subjudul tertentu.
Biasanya, pertanyaan bagaimana dan mengapa akan menghasilkan jawaban yang panjang.
Kelebihan dan Kekurangan Artikel Panjang dan Pendek
Jumlah kata yang ideal dapat dilihat dari perspektif kelebihan dan kekurangan artikel/blog yang panjang/pendek.
a. Kelebihan Artikel Panjang
1. Berpeluang untuk Ranking di Banyak Kueri Penelusuran
Blog/konten panjang biasanya memiliki sub judul yang cukup banyak dan menjawab berbagai pertanyaan dari search intent user, sehingga kalau pun kita tidak ranking di keyword yang kita inginkan, bisa saja kita ranking di kueri lain, bahkan masuk page 1.
Mungkin kamu bisa kaget ketika melihat blog yang keyword-nya punya ranking buruk, tetapi ketika dicek di Google Search Console, impresi dan kliknya bagus. Itu adalah tanda blognya ranking di kueri lain.
2. Pembaca Berpotensi Stay lebih Lama untuk di Situs
Karena blognya panjang, waktu membacanya juga akan lebih lama meskipun pembacanya menerapkan cara membaca cepat.
Hal ini berlaku jika pembaca tertarik dalam membaca keseluruhan blog dan banyak internal link yang relevan.
b. Kekurangan Artikel Panjang
1. Waktu Pengerjaan yang lebih Lama
Blog panjang pastinya punya waktu pembuatan yang lebih lama karena perlu riset lebih banyak. Belum lagi penyusunan outline agar blognya bisa panjang. Pasti banyak pertanyaan yang berkaitan dengan proses dan reasoning.
2. Pembaca Belum Tentu Mau Sampai Habis
Tergantung audiens kita, blog yang panjang belum tentu dibaca sampai habis. Hal ini sangat disayangkan, terutama kalau kita memasang call to action di penutup blognya.
Pembaca juga bisa langsung “kabur” kalau mereka tidak suka kalimat yang bertele-tele/basa-basi.
c. Kelebihan Artikel Pendek
1. To The Point
Artikel pendek biasanya langsung mengarah ke poin utama tanpa basa-basi. Jadi, pembaca bisa langsung menemukan jawaban yang ingin mereka cari dengan cepat.
2. Waktu Pembuatan yang Cepat
Karena jumlah katanya sedikit, waktu pembuatan artikel pendek hanya memerlukan waktu sebentar saja.
3. Call to Action bisa Terlihat dengan Cepat
Berbeda dengan artikel panjang yang orang belum tentu baca sampai habis. Hal tersebut akan membuat peluang klik call to action mengecil.
Di artikel pendek, call to action akan langsung atau cepat ditemukan, sehingga peluang diklik akan membesar.
d. Kekurangan Artikel Pendek
1. Pembaca Tidak Berlama-Lama di Situs
Karena artikelnya terlalu pendek, bisa jadi pembaca tidak stay lama di situs karena apa yang mereka butuhkan bisa langsung ditemukan.
2. Berpotensi Menjadi Low Value Content
Kalau artikelnya pendek dan tidak berarti, konten tersebut berpotensi masuk ke dalam kategori low value content. Hal ini berbahaya untuk pembaca dan pembuat kontennya.
3. Banyak Pertanyaan yang belum Terjawab di Artikelnya
Karena biasanya to the point dan singkat saja, terkadang tidak semua pertanyaan terjawab dengan baik di artikel pendek.
Solusinya, kita bisa merevisinya (bikin artikel panjang) atau menautkan internal link atau outbound link ke referensi terpercaya.
Jadi, Bagaimana Cara Mengetahui Berapa Jumlah Kata yang Ideal untuk Artikel/Blog Kita?
Setelah membaca bagian sebelumnya dan akhirnya mengetahui bahwa jumlah kata bukan merupakan ranking factor dalam algoritma Google, mungkin kamu bingung. Jadi, sebenarnya bagaimana cara mengetahui berapa jumlah kata yang ideal di blog kita? Berikut caranya!
a. Bertanya Langsung kepada Editor atau Customer Service
Editor adalah pembaca pertamamu, jadi tidak masalah untuk langsung berdiskusi dengan mereka. Menurut mereka, berapa jumlah kata yang ideal untuk bahasan tertentu. Pasti beda opininya karena bersifat subjektif.
Bertanya kepada tim customer service juga bisa jadi cara yang bagus. Apakah klien kita suka membaca blog kita? Bagaimana komentar mereka soal jumlah kata? Apakah terlalu panjang atau singkat?
b. Memperhatikan Waktu Engagement dan Bounce Rate
Coba cek berapa lama pembaca menghabiskan waktu (engagement) saat membaca artikelmu. Apakah hanya beberapa detik, atau bahkan langsung “kabur” alias bounce rate?
Kedua paramter tersebut (waktu engagement dan bounce rate) bisa dilihat di Google Analytics.
Kalau artikel panjang punya durasi waktu engagement yang sebentar, maka tidak ada salahnya untuk A/B testing dengan cara membuat artikel pendek. Begitu pula sebaliknya.
c. Penyusunan Outline dan Content Brief
Dari outline dan content brief, kita bisa dapat gambaran berapa jumlah kata yang kira-kira akan kita buat.
Kalau artikelnya komprehensif dan in-depth, pasti jumlah kata, penyusunan outline, dan hal yang perlu dimasukkan pada content brief juga semakin banyak.
d. Keyword yang Ingin Dioptimasi
Kalau kita ingin mengoptimasi short tail keyword yang biasanya jadi pilar utama, biasanya artikel tersebut akan punya jumlah kata yang sangat banyak.
Jumlah Kata yang Ideal dalam Artikel Itu Tidak Absolut
Jadi, berapa jumlah kata yang ideal dalam artikel? Jawabannya adalah relatif, bergantung pada pembaca dan search query/kata kunci yang ingin kita optimasi.
Jangan terlalu fokus pada jumlah kata karena kalau pun artikelnya padat, tidak akan berguna jika tidak memenuhi search intent. Lagipula, search advocate Google sudah memberikan konfirmasi bahwa jumlah kata bukan merupakan ranking factor di Google.
John Mueller (search advocate Google) pernah membuat cuitan pada tahun 2018,”jumlah kata tidak menentukan kualitas. Ada halaman yang punya banyak kata, tetapi tidak bermakna apa pun. Sementara itu, ada halaman dengan jumlah kata yang sedikit, namun sangat penting dan relevan dengan kueri“.
Dari nasihat search advocate Google tersebut, yuk mulai buat konten yang berkualitas tinggi alias memenuhi search intent. Bukan hanya mengejar kuantitas (jumlah kata) saja.
Untuk cara menghitung jumlah kata, kamu bisa mengetahuinya dengan mengakses tautan ini.
Sumber:
https://www.searchenginejournal.com/ranking-factors/content-length/
https://www.searchenginejournal.com/word-count-seo-importance/441742/
I agree with you & Mihai :). Word count is not indicative of quality. Some pages have a lot of words that say nothing. Some pages have very few words that are very important & relevant to queries. You know your content best (hopefully) and can decide whether it needs the details.
— I am John – ⭐ Say no to cookies – biscuits only ⭐ (@JohnMu) July 24, 2018