SEOWebsite

Bounce Rate – Metrik yang Perlu/Tidak Perlu Diperhatikan?

Di suatu hari yang cerah, A yang merupakan digital marketer melihat metric di Google Analytics bernama bounce rate. Loh, bounce kan berarti mental atau memantul kan ya? Secara hafiah iya. Kenyataannya, bounce yang dimaksud di metric ini berbeda.

Bounce rate bisa jadi parameter untuk melihat baik/buruknya performa halamanmu.

Jadi, apa itu bounce rate? Apa berpengaruh terhadap SEO? Bagaimana cara memperbaikinya?

Apa Itu Bounce Rate?

Dikutip dari situs Support Googlebounce rate atau rasio pentalan adalah satu sesi dibagi dengan seluruh sesi pada situsmu ketika user hanya melihat satu halaman dan memicu satu permintaan (request) ke server Analytics.

Satu sesi halaman tersebut berdurasi 0 detik karena tidak ada klik berikutnya, sehingga Analytics tidak bisa menghitung durasi sesinya.

Dengan ungkapan lain, bounce rate adalah persentase dari pengunjung situs yang keluar dari situs tanpa melakukan aksi seperti mengklik link, mengisi lead magnet, atau membeli suatu produk/jasa yang tersedia di situs.

Bounce sendiri adalah ketika user membuka satu laman dan pergi tanpa memicu request apa pun kepada server Analytics.

Trivial fact: Bounce rate ini suka disangka sama dengan pogo-sticking, padahal sebenarnya berbeda.

Bagaimana Cara Menghitung Bounce Rate?

Bounce rate bisa dihitung dengan cara:

Bounce rate (%) = single-page session x 100/total sesi

Jadi, kalau single-page session ada 5 dan total sesi ada 100, maka bounce rate-nya adalah 5%.

Apakah Bounce Rate Tinggi itu Buruk?

Jawabannya bisa iya dan tidak. Hal ini karena bounce rate bisa dimanipulasi. Selain itu, kesuksesan suatu situs/laman itu tidak selalu dilihat dari bounce rate.

Kalau suatu situs hanya ada homepage dan tidak ada halaman lain karena untuk brand awareness saja, jelas bahwa bounce rate adalah metrik yang tidak relevan.

Blog dengan bounce rate tinggi juga bukan berarti buruk, kecuali ada tautan yang dipasang CTA (call to action) dan kita mengukur performa klik pada CTA tersebut.

Hanya saja, bounce rate tinggi bisa jadi tanda yang buruk kalau halaman tersebut dimaksudkan untuk suatu hal atau penyambung ke funnel berikutnya. Contohnya dari laman A, ada tautan ke laman B yang berupa landing page. Kalau bounce rate laman A tinggi, besar kemungkinan tidak ada yang mengklik tautan yang diarahkan ke laman B.

Di balik buruknya hal tersebut, ada pelajaran yang dipetik. Yaitu, user pada drop off di funnel mana.

Apakah Bounce Rate Berpengaruh Ke Ranking di Google?

Dikutip dari Search Engine Journal, Google mengaku bahwa bounce rate tidak berpengaruh ke ranking di SERP atau dengan kata lain bukan merupakan ranking factor.

Ada beberapa hal yang mungkin jadi alasan mengapa Google tidak memakai bounce rate sebagai ranking factor. Yaitu:

  • Mudah dimanipulasi
  • Tidak semua situs memakai Google Analytics
  • Metode perhitungan bounce rate

Meski Google mengaku kalau bounce rate bukan ranking factor, menurut studi yang ditulis di Backlinko, semakin rendah rank di Google SERP, semakin tinggi bounce rate-nya.

Manfaat Mengetahui Bounce Rate

Sebenarnya, manfaat mengetahui bounce rate adalah menilai performa suatu laman atau situs.

Jika ada tautan ke funnel berikutnya dalam marketing atau tujuan tertentu seperti klik CTA (call to action), maka bounce rate bisa menjadi parameter yang worth it untuk dilihat.

Dengan kata lain, bounce rate bisa jadi alat untuk menganalisa di mana user tidak lanjut ke funnel berikutnya.

Bentuk perbaikannya bisa dengan:

  • Mengubah copy
  • Mendesain ulang lamannya
  • Menambah jumlah anchor text yang relevan

Mengapa Bounce Rate bisa Tinggi?

a. Laman Situs hanya Sedikit

Kalau jumlah laman situs bisa dihitung jari dan navigasinya kurang enak, jelas kalau bounce rate-nya tinggi.

Apakah hal ini buruk atau tidak? Hal ini bergantung pada tujuan dari situs/lamannya.

b. Desain yang Buruk

Don’t judge a book by its cover tidak berlaku di desain situs. Sayangnya, orang akan menilai situsmu pertama kali dari desainnya.

Desain yang kurang menarik tidak akan menarik orang-orang untuk melakukan apa yang kita inginkan.

c. Navigasi Situs Tidak Jelas

Meski desainnya bagus, percuma kalau halamannya tidak mudah untuk dieksplor/navigasi oleh user.

Desainnya keren, tapi selanjutya apa? Tidak ada petunjuk sama sekali tentang lamannya. Tombol untuk ke toko tidak ada, atau sekedar untuk baca blog saja tidak punya. Bagaimana user akan tetap di situs kita? Yang ada malah kabur.

d. Low Value Content

Bounce rate tinggi juga bisa jadi tanda kalau konten yang dibuat tidak berharga seperti:

  • Tidak memenuhi search intent
  • Pembuatannya asal-asalan
  • Pembuka yang tidak menarik
  • Tidak enak untuk dibaca

Jadi, mari buat konten berkualitas!

Bagaimana Cara Memperbaiki Bounce Rate?

Suka atau tidak, hampir mustahil suatu halaman bounce rate-nya 0%.

Beberapa cara ini bisa dilakukan untuk memperbaiki bounce rate:

a. Membuat Konten Berkualitas

Alasan orang langsung pergi dari suatu laman adalah tidak menemukan apa yang mereka cari.

Karena itulah, buat konten berkualitas untuk pengunjung. Puaskan search intent mereka.

b. Mempercepat Loading Speed

Bagaimana perasaanmu saat klik situs, tapi lama banget loading-nya? Pasti dongkol kan?

Nah, untuk memperbaiki bounce rate, kita bisa mulai dengan mempercepat loading speed-nya. Salah satu caranya adalah dengan mengoptimasi gambar.

c. Menulis Kalimat Pembuka dan Penutup yang Menarik

Kalau tidak ingin orang yang membaca konten kita kabur, maka tulislah kalimat pembuka yang menarik.

Contohnya adalah:

  • Narasi tentang pensuasanaan, story telling dengan tokoh
  • Pengalaman yang relateable
  • Memancing rasa penasaran
  • Menggunkan diksi yang memengaruhi emosi

Jika di blognya ada CTA untuk diklik, maka buatlah penutup yang menarik dan tentunya menggunakan prinsip copywriting.

d. Menghapus Laman dengan Bounce Rate yang Tinggi

Cara ini bisa dilakukan, tetapi harus dengan hati-hati karena broken link dapat memengaruhi SEO secara negatif.

Jika laman yang dihapus termasuk bagian dari customer journey, jangan lupa untuk menyambung ulang funnel.

Cek juga internal link atau backlink yang mengarah ke laman yang dihapus sebelum menghapus lamannya.

e. Menambah Internal Link

Ingin user tidak hanya buka satu halaman saja, lalu pergi? Cobalah untuk menyematkan internal link di teks (membuat anchor text).

Agar banyak internal link, kita bisa membuat content pillar agar blog yang kita buat banyak yang relevan satu sama lainnya.

f. Mendesain Situs dengan Desain yang Menarik

Desain yang buruk akan meningkatkan bounce rate, karena itu, desain yang bagus adalah solusinya.

Desain terbaik itu subjektif menurut market kita, karena itulah, kita sebaiknya merekrut desainer dan melakukan A/B testing untuk menemukan desain terbaik untuk situs kita.

g. Mengoptimasi UX

Mengoptimasi UX juga dapat memperbaiki bounce rate karena user bisa dengan mudah melakukan navigasi dan mengeksplorasi situs kita.

Contoh optimasi UX adalah:

  • Menambah kolom pencarian
  • Call to action yang menarik
  • Terdapat jarak antar paragraf

h. Merevisi Jumlah Kata

Kalau bounce rate naik karena konten yang panjang (hipotesa), maka kita bisa buat konten dengan jumlah kata yang sedikit.

Lakukan A/B testing untuk mendapatkan jawabannya.

i. Menggunakan Breadcrumb

Breadcrumb dapat memperbaiki bounce rate karena pengunjung situs tahu ia sedang berada dimana (tidak tersesat), sehingga peluang untuk keluar situs karena tersesat akan mengecil.

Jangan Terpaku dengan Bounce Rate

Bounce rate tinggi tidak selalu buruk, bahkan kalau situs kita tidak banyak lamannya dan tidak ada tujuan tertentu seperti user mengklik lead magnet/anchor text, maka bounce rate menjadi metrik yang tidak relevan. Toh, Google juga mengakui bahwa akalau metrik tersebut bukan merupakan ranking factor.

Jika bounce rate digunakan untuk mengidentifikasi laman/funnel mana user tidak lanjut ke funnel berikutnya atau ada yang harus diklik ke laman lainnya, maka metrik ini menjadi relevan.

Jadi, jangan khawatir soal bounce rate. Kalau tinggi sekali rasio pentalannya, mari perbaiki!

Referensi:

https://www.searchenginejournal.com/ranking-factors/bounce-rate/

https://backlinko.com/hub/seo/bounce-rate

https://uxcam.com/blog/user-experience-ux-optimization/

https://support.google.com/analytics/answer/1009409?hl=en

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *