Cara Menerima Kritik – Jangan Baper Duluan!
Dalam artikel perbedaan kritik dan saran, terlihat bahwa kritik itu terdengar sangat pedas dan menjengkelkan karena fokusnya lebih pada negatif/kelemahan dan tone of voice-nya keras/kasar. Eh, tapi namanya kritik akan selalu ada. Tinggal soal bagaimana cara menerima kritik dengan bijak saja.
Tidak mungkin kita merespon kritikan dengan bogem mentah. Sudah tidak menjawab kritik, berpotensi kena pidana pula. Karena itu, kita perlu cara menerima kritik yang baik, sepedas apa pun kritikannya.
Berikut cara menerima kritik tanpa baper!
1. Dengarkan Dulu Semua Kritik yang Disampaikan dan Cerna Substansinya
Kesalahan umum saat menerima kritik adalah mereka langsung bersiap untuk menangkis kritiknya ketimbang mendengarkan keseluruhan kritik dan mencerna substansinya.
Pastikan kita mendengarkan dulu keseluruhan kritik yang disampaikan dan menginterpretasikan substansi di dalam kritiknya sebelum memberikan respon apa pun.
2. Jangan Langsung Bersikap Defensif, Terima Dulu, “Kosongkan Gelas”
Memang karena insting bertahan hidup manusia, fight-or-flight, kritik dianggap sebuah serangan oleh tubuh, sehingga mungkin respon otomatisnya adalah bersikap defensif.
Namun, saat menerima kritik, sebaiknya kita “mengosongkan gelas” terlebih dahulu. Jangan mental block duluan dengan beranggapan apa pun kritiknya pasti salah.
Ketika bersikap defensif, kita akan terperangkap pada bias subjektif. Hati-hati!
3. Tentukan Kapan Waktu Merespon Kritik
Merespon kritik tidak harus saat itu juga. Apalagi kalau kamu tipe yang mudah marah atau tersinggung. Saat merespon dengan perasaan marah, maka kita bisa saja mengucapkan kalimat yang akan kita sesali nanti.
Berikan waktu sejenak antara ketika mendapat kritik dan memberikan respon kritiknya.
4. Refleksi Diri dari Kritik
Setelah menerima kritik. Coba refleksikan apa substansi dari kritiknya. Apakah benar atau hanya fitnah belaka? Coba telusuri apa saja yang telah kita lakukan. Agar ada pandangan lebih, coba tanyakan juga orang terdekat yang melihat proses yang kita lakukan.
Karena kritik berfokus pada kelemahan, berbedan dengan saran yang berfokus pada kekuatan. Kritik bisa jadi sarana agar kita refleksi diri, meskipun terdengar menjengkelkan.
Jangan sampai terperangkap pada confirmation bias.
5. Siapkan Respon/Argumen yang Objektif
Oke, setelah mencerna subtansi kritik, menentukan waktu yang tepat untuk merespon kritik, dan refleksi diri. Sekarang, waktunya kita menyiapkan respon/argumen yang objektif.
Jangan lupa untuk berterima kasih kepada pengkritik, terutama jika kritiknya faktual dan objektif.
Contoh kritik dan respon yang benar:
- Bajumu bau sekali = terima kasih, memang benar bajunya bau karena saya belum sempat mencucinya. Akan saya cuci pada sore hari nanti
- Kamarmu berantakan sekali kayak kapal pecah = maaf, saya belum sempat membereskannya. Saya akan panggilkan jasa tugas rumah tangga untuk merapihkan kamar ini
- Belakangan ini kamu kok terlambat datang terus! = memang betul saya terlambat terus belakangan ini. Alasannya adalah karena jalan di rumah saya ada yang ditutup, sehingga harus memutar lebih jauh. Saya akan mencoba untuk berangkat lebih pagi mulai minggu depan
Apakah Semua Kritik yang Masuk harus Kita Respon/Terima?
Ketika menjadi diri sendiri, tidak semua kritik harus kita terima kok. Respon cukup terima kasih saja agar tidak memperpanjang masalah.
Namun, ketika menjadi pemimpin seperti manajer di kantor, kita harus siap menerima semua kritik yang ada, baik itu dari atas, bawah, mau pun samping. Ketidakmampuan mendengar kritik akan menyebabkan kultur yang buruk serta tingginya turnover karyawan.
Bagaimana kalau kritiknya tidak jauh dari fitnah? Kalau seperti itu, siapkan argumen untuk menyanggah/menanggapi kritiknya.
Terakhir, seperti game the walking dead: silence is a valid option. Namun, jangan lupa bahwa setiap opsi pasti akan ada konsekuensinya. Pepatah “diam itu emas” tidak absolut benar.
Terimalah Kritik dengan Lapang Dada
Cara menerima kritik di atas memang mudah kalau secara teori atau diucapkan, namun praktiknya sangat sulit karena manusia itu penuh dengan bias subjektif. Apalagi kalau yang memberikan kritik adalah orang yang kita benci.
Namun, jangan mental block atau langsung denial dengan kritik. Coba dengarkan dulu keseluruhan kritik dan cerna substansinya. Siapa tahu kritik tersebut memang benar faktual.
Akhir kata, seberapa dewasa seseorang bisa dilihat dari bagaimana cara mereka dalam menerima kritik 🙂