Psikologi Marketing

Confirmation Bias – Kecenderungan yang Kurang Baik dan Tidak Objektif

“Manusia hanya mendengar apa yang ingin mereka dengar”. Pernah dengar pernyataan tersebut? Atau pernahkah kamu melihat pendukung fanatik tokoh politik tertentu hanya mencari fakta yang mendukung junjugannya, tetapi melupakan hal yang sebenarnya juga fakta, tetapi sengaja tidak diungkapkan atau denial agar junjungannya tetap terlihat bagus? Hal ini dinamakan confirmation bias.

Tidak hanya dalam politik saja, inti dari marketing juga sebenarnya memakai confirmation bias, yaitu bagaimana mengenalkan produk kita sebagus mungkin dan tidak memperlihatkan kekurangannya. Begitu juga dengan prinsip hidup lain seperti “kerja keras dulu, nanti pasti sukses”, padahal ada namanya kemiskinan struktural.

Apa sih confirmation bias ini? Apa manfaatnya dan bahayanya? Bagaimana cara menghindarinya?

Apa Itu Confirmation Bias?

Confirmation bias adalah bias kognitif di mana seseorang cenderung hanya mencari pendapat, data, atau apa pun yang mendukung argumen/kepercayaannya saja. Dari definisinya terdengar seperti logical fallacy bernama cherry picking. Namun, bias kognitif ini sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari, termasuk dalam dunia marketing dan politik.

Contoh Confirmation Bias

Banyak loh contoh confirmation bias:

  • Buzzer politik yang hanya mencari data yang memperbagus imej tokoh junjungan/orang yang membayarnya
  • Mencari jurnal penelitian yang mendukung argumen tanpa melihat sisi yang kontra
  • Tidak mau mendengar pendapat orang lain karena menurut junjungan/pemimpinnya, suatu hal sudah pasti benar (baca soal authority bias di sini)
  • Pendukung capres tertentu tidak mau menerima fakta bahwa pilihan/junjungannya tidak sempurna
  • Seseorang percaya bahwa kerja keras itu jaminan sukses, padahal ada namanya privilege dan kemiskinan struktural, serta survivorship bias

Penyebab Confirmation Bias

Confirmation bias adalah bias yang merupakan jalan pintas bagi otak untuk menginterpretasi suatu informasi. Mengapa jalan pintas? Karena mengevaluasi bukti dan opini/fakta itu memakan waktu dan tenaga.

Bias kognitif ini juga bisa disebabkan dari budaya/kepercayaan yang mengakar dalam diri seseorang. Misalkan, kalau dia sudah berprinsip bahwa orang kaya itu lahir karena kerja keras, maka ia akan mengabaikan tentang kemiskinan struktural atau anak-anak yang bertipe pewaris.

Selain itu, penyebab confirmation bias ini juga adalah kekepoan. Misalnya, ketika kita melihat impresi dari seseorang (hati-hati dengan halo effect), maka kita akan menggali lebih dalam, tetapi rawan dengan apa yang kita percaya (belief).

Manfaat Confirmation Bias

Pada intinya, confirmation bias sangat berguna dalam beberapa hal, yaitu:

  • Marketing
  • Politik
  • Berargumen/berdebat

Contohnya, saat sedang memasarkan suatu produk/jasa, pastinya kita harus meyakini bahwa produk/jasa tersebut akan terjual di pasar, sehingga kita harus mencari segala sesuatu yang mendukung/sisi positif dari produk/jasanya serta mengabaikan kekurangannya.

Kualitas leads juga termasuk dari persona bernama belief.

Dalam politik, mirip dengan marketingconfirmation bias berguna agar orang-orang memilih tokoh politik.

Saat bernegosiasi, berargumen, berdebat juga kita perlu confirmation bias agar menang, namun ketika muncul objection, kita harus siap dengan bantahan lebih lanjut.

Bahaya Confirmation Bias

Pada dasarnya, bahaya confirmation bias adalah menjadikan kita seperti katak dalam tempurung atau memakai kacamata kuda yang mana dunia atau belief kita hanya satu-satunya yang benar dan tidak terbuka dengan pendapat lain. Jika tidak sesuai kepercayaan/keyakinan kita, maka akan langsung auto kita tolak.

Confirmation bias juga mengaburkan cara kita berpikir kritis dan denial dengan fakta/opini yang mendukung padahal tidak sejalan dengan apa yang kita percayai, sehingga kualitas pengambilan keputusan akan makin buruk, bahkan karena bias kognitif ini, kita tidak bisa menyadari kesalahan kita sendiri atau menyebarkan hoax.

Bagaimana Cara Menghindari Confirmation Bias?

a. Menjadi “Gelas Kosong” ketika Menerima Apa Pun

Saat kita menerima kritik, masukan, atau informasi apa pun, jadilah gelas kosong. Jadi, ketika kita memproses informasi, andai pun bertentangan dengan belief kita, maka kita tidak langsung menolaknya mentah-mentah.

Confirmation bias ini rawan terjadi ketika kita mendengar saat “gelas” kita terisi penuh.

b. Jangan Mendengar untuk Membantah

Mirip dengan poin A, ada juga yang tipe mendengar untuk membantah karena menurut mereka, apa pun yang masuk, sudah pasti bertentangan. Biasanya, hal ini terjadi antara pendukung paslon.

Ketika kita mendengar untuk membantah, percaya deh, pasti confirmation bias ini akan makin liar.

c. Konfirmasi Fakta/Riset dari Kedua Sisi, Pro dan Kontra

Ketika riset atau mengonfirmasi suatu hal, jangan hanya cari yang mendukung argumen/hipotesamu. Cari juga informasi yang kontra dan teliti mengapa terjadi kontra.

d. Terima dengan Lapang Dada, Tidak Denial

Ketika ada fakta atau informasi yang tidak sejalan dengan prinsip kita. Jangan denial. Rasanya memang ada penolakan, tetapi begitulah, terkadang fakta memang kejam, bahkan kadang lebih baik tidak perlu tahu sama sekali agar kehidupan baik-baik saja.

e. Tingkatkan Literasi, Perbanyak Membaca dari Berbagai Referensi

Salah satu cara agar tidak terkena confirmation bias adalah perbanyak membaca berbagai referensi dan tingkatkan level literasi.

Jangan hanya membaca dari satu referensi. Kalau bisa dua atau lebih agar punya berbagai point of view.

f. Tidak Fanatik dengan suatu Hal

Terakhir, untuk menghindari confirmation bias, berhentilah/jangan fanatik terhadap suatu hal karena ketika kita terlalu percaya, maka bias ini akan muncul (mirip dengan authority bias).

Tetap berpikir jernih, gali sebanyak-banyaknya informasi dari banyak sisi.

Punya Pendirian/Kepercayaan Itu Bagus, tetapi Jangan Sampai Denial dengan Fakta

Manusia itu memang harus punya pendirian. Sayangnya, karena hal tersebutlah confirmation bias muncul.

Intinya, jangan denial, terimalah seluruh fakta yang ada, meski itu pahit, atau bahkan berlawanan dari apa yang kita percayai.

Jangan sampai bias kogntif ini berpengaruh pada hidup kita secara negatif.

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *