Content Writing

Konten Pendek – Apakah Bagus untuk Dibuat?

Sebelumnya, di blog ini pernah membahas konten panjang. Nah, bagaimana dengan konten pendek?

Apakah konten pendek ini sebenarnya jauh lebih baik? Adakah kelemahannya? Bagaimana cara membuatnya?

Apa Itu Konten Pendek?

Konten pendek adalah konten dengan jumlah kata yang sedikit, yaitu di antara 50-1000 kata. Di Yoast sendiri ada warning kalau konten kita kurang dari 300 kata. Untuk video, konten pendek adalah video berdurasi kurang dari 3 menit seperti reels Instagram atau Tiktok.

Namun, tenang saja, Google telah mengonfirmasi bahwa jumlah kata bukan merupakan ranking factor.

Jika memakai estimated reading time. Konten pendek adalah konten dengan waktu baca kurang dari 7 menit.

Contoh Konten Pendek

Beberapa contoh konten pendek:

  • Konten blog dengan jumlah kata 50-1000
  • Video Tiktok dengan durasi satu menit
  • Gambar infografis
  • Reels Instagram dengan durasi 20 detik
  • E-mail berisi promo

Kelebihan Konten Pendek

a. Langsung Menjawab Search Intent Pembaca

Konten pendek punya kelebihan berupa jawaban yang straight to the point, sehingga search intent pembaca bisa terjawab dengan cepat.

Pembaca tidak perlu repot-repot scanning, jawaban telah jelas terlihat hanya dengan browsing sedikit saja.

b. Cocok untuk Audiens yang Tidak punya Banyak Waktu atau Tidak Suka Membaca

Jika audiens persona kita adalah orang yang tidak punya banyak waktu seperti niche b2b, konten pendek yang straight to the point bisa jadi solusinya.

Bisa juga ditujukan untuk audiens yang literasinya rendah atau tidak betah membaca konten panjang.

c. Call to Action Langsung Terlihat

Karena kontennya pendek, call to action bisa langsung terlihat hanya dengan sedikit browsing saja.

Peluang call to action terbaca dan diklik jadi lebih tinggi karena hal ini.

d. Waktu Penulisan dan Penyuntingan Tidak Lama

Karena pendek, waktu yang diperlukan untuk menulis dan menyunting tidak selama pada konten lama.

Kekurangan Konten Pendek

a. Kurang Komprehensif

Karena pendek dan straight to the point, biasanya konten ini kurang komprehensif. Ada search intent yang belum terjawab.

b. Engagement Time yang Sedikit

Yah, namanya konten pendek, pasti engagement time-nya juga rendah. Kalau hal ini dijadikan OKR, sebaiknya konten pendek tidak dibuat.

c. Berpotensi Terlihat Seperti Thin Content

Karena belum banyak search intent yang terjawab, konten pendek bisa disalahartikan sebagai thin content/low value content yang berbahaya untuk performa situs.

Bagaimana Cara Membuat Konten Pendek?

a. Pastikan Audience Persona

Pastikan dulu audiens kita suka dengan konten pendek atau justru lebih suka panjang atau gaya in depth.

Kalau audiensnya suka pembahasan in depth, jangan buat konten pendek.

b. Riset

Meski kontennya pendek, jangan pakai satu referensi saja. Riset juga soal referensi yang lain karena konten pendek tetap harus mewakilkan keseluruhan artikel.

c. Buat Draft Pertama

Buat langsung draft pertama. Karena kontennya pendek, langsung pakai kalimat efektif agar pembawaannya tidak bertele-tele.

Karena pendek, pembukanya harus punya hook yang benar-benar menarik audiens untuk membaca lebih lanjut.

d. Penyuntingan

Beban menyunting lebih ringan karena kontennya pendek. Namun, tetap lakukan hal ini dengan serius.

Di konten pendek sekalipun, kesalahan dalam penulisan seperti typo masih bisa terjadi.

Konten Pendek juga bisa Jadi Solusi!

Konten panjang tidak selalu menjadi solusi kok. Konten pendek seperti video reels, tulisan yang bahasanya to the point, atau video singkat Tiktok bisa tetap perform.

Kalau audiensmu sukanya konten yang pendek, jangan ragu untuk membuatnya.

Lebih baik pendek, tapi jelas. Daripada panjang, namun pembahasannya ngalor-ngidul.

Happy writing!

Referensi:

What is short-form content? Your guide to when and how to use it

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *