Majas Satire – Majas yang sering Disalahpahami di Media Sosial
Saat melihat cuitan atau status berupa “opini jelek”, terkadang kita langsung merasa kesal atau marah, padahal kenyataannya, orang yang menulis cuitan atau status tersebut sedang menulis dengan majas satire. Tidak heran, sindiran tersebut banyak memancing kemarahan warganet yang salah paham.
Jika kamu pernah terpancing atau ingin membuat satire. Artikel ini cocok dibaca untukmu! Yuk ketahui lebih lanjut soal majas yang menggelitik ini!
Apa Itu Satire?
Satire adalah bentuk sindiran halus seperti ironi. Bedanya, satire punya balutan komedi di dalamnya, sehingga sindiran ini laku di media sosial dan biasa dipakai oleh komedian.
Mengapa Banyak Satire di Media Sosial?
Satire cukup banyak di media sosial karena sindirannya halus dan ada komedi di dalamnya.
Konten komedi pastinya laku di media sosial, terutama di lingkungan yang stressful.
Selain itu, satire juga banyak sekali yang relate dengan masyarakat, sehingga engagement-nya tinggi.
Bagaimana Cara Membuat Kata-Kata/Kalimat dengan Majas Satire?
a. Tentukan Target Satire
Target satire-nya siapa? Kalau menurut pengalman penulis, satire cukup populer di kalangan anak muda, namun sepertinya generasi tua yang belum memahami perbedaan satire atau serius (bukan sindiran) itu kurang cocok dengan bentuk sindiran tersebut.
Menarget orang yang tidak bisa membedakan satire dengan bukan akan menyebabkan perselisihan yang tidak perlu. Jadi, hati-hati.
b. Temukan Unsur Komedi/Jenaka dalam Satire-nya
Salah satu ciri khas dari satire adalah komedi/jenakanya. Jadi, temukan dulu unsur tersebut. Jangan sampai satire-nya malah menjadi sindiran kasar seperti sinisme.
Contoh Kata-Kata/Kalimat dengan Majas Satire
- Olahraga terus hampir setiap hari, apakah kamu seorang robot?
- Wangi banget bos! Sampe aku mau muntah kayaknya
- Fokus banget mas, sampai gak sadar itu celananya ternyata kebalik
- Kamu hausnya seperti orang yang tidak minum berhari-hari
Gunakan Satire dengan Bijak!
Satire bisa saja jadi penyampaian sindiran yang mengglitik karena ada unsur komedinya. Mungkin komedinya mirip-mirip dengan anekdot, tetapi anekdot lebih panjang karena berformat cerita.
Namun, tidak semua kalangan bisa mengerti maksud dari satire, terutama orang-orang yang terlalu serius atau tidak mengenal apa itu satire. Jadi, pikir-pikir lagi sebelum menulis satire untuk menyindir.