User-Generated Content (UGC) – Konten Buatan Pengguna yang Bermanfaat!
Jika kamu telah lama bekerja di digital marketing atau menjalankan bisnis, harusnya sudah tidak asing dengan user-generated content atau UGC.
UGC ini merupakan effort dari digital marketing, bahkan bentuk kepercayaan user baik kontennya itu bersifat organik atau pun berbayar.
Yuk kita gali lebih lanjut tentang user-generated content ini!
Apa Itu User-Generated Content (UGC)?
User-generated content adalah branded content yang dibuat oleh user di platform media online seperti media sosial, blog post, dan video di YouTube.
Contoh paling simpel adalah kita posting makanan di restoran, lalu tag akun restorannya. Itu termasuk contoh UGC.
Jenis User-Generated Content
a. Organik
User-generated content yang organik adalah UGC yang di-posting/dibuat tanpa adanya pembayaran ke user yang membuatnya.
Biasanya, konten ini datang dari kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan terhadap produk/jasa suatu brand.
Contohnya adalah review Google dan komentarnya dan testimoni restoran di Instagram oleh pelanggan yang puas dengan pelayanan di restoran mereka (tentunya testimoni ini tidak berbayar).
b. Berbayar
Satu jenis lagi, ada juga UGC yang berbayar. Biasanya hal ini dilakukan oleh brand yang produk/jasa atau namanya belum dikenal oleh masyarakat.
Implementasinya mirip-mirip dengan key opinion leader. Kita membayar mereka untuk posting tentang brand kita.
Namun, ada juga sisi gelapnya seperti testimoni palsu yang berbayar.
Bentuk User-Generated Content
a. Foto
Foto statis saja bisa termasuk user-generated content. Contohnya adalah foto paket barang yang baru saja sampai ke rumah menjadi UGC yang penting untuk meningkatkan kepercayaan pembeli kepada penjaul di toko online.
Selain itu, contoh foto selfie di tempat wisata juga termasuk UGC.
Yah, seeing is believing.
b. Video
Video dalam user-generated content biasanya adalah berupa video pendek seperti reels. Contohnya adalah video bedah rumah atau hotel yang mana bisa membantu orang-orang untuk me-review hotel/rumah tanpa perlu datang ke lokasi terlebih dahulu.
c. Artikel
Artikel review juga bisa menjadi user-generated content, apalagi kalau review-nya positif dan ada backlink yang tersematkan (secara natural, alias tanpa minta).
Lebih mantap lagi kalau artikelnya tidak hanya tulisan saja, tetapi juga disertai visual seperti gambar.
d. Lomba/Kontes
Lomba/kontes bisa memancing user-generated content lebih banyak lagi. Contohnya adalah lomba blog.
Mengapa User-Generated Content Penting?
a. Brand Awareness hingga Konversi
User-generated content dapat meningkatkan brand awareness. Bahkan juga bisa membantu konversi secara tidak langsung karena adanya social proof.
b. Social Proof
Social proof juga bisa kita dapatkan dari UGC loh. Misalnya UGC tentang testimoni skin care. Orang-orang jadi tidak ragu lagi untuk membeli produk/jasamu karena sudah ada UGC yang menceritakan testimoninya.
c. Mendapatkan Kepercayaan User
Selain social proof, jika kamu memakai jasa influencer untuk UGC. Maka ada juga bias kognitif yang kamu bisa manfaatkan, yaitu authority bias.
Authority bias ini mirip dengan social proof. Perbedaannya terletak pada authority, contohnya adalah influencer/KOL.
Bias ini akan membuat user percaya dengan brand-mu, bahkan lewat UGC sekalipun.
Best Practice pada User-Generated Content
a. Tentukan Bentuk dan Media untuk Membuat UGC-nya
Bentuk dan media penyampaian UGC punya peranan cukup krusial.
Contohnya, review hotel akan lebih terasa dengan video bedah kamar hotel dan fasilitasnya daripada sekedar tulisan saja.
b. Buat Storytelling dari UGC-nya
Storytelling juga penting di UGC, apalagi sebaiknya UGC-nya sesuai dengan brand value karena itulah yang membuat suatu brand menjadi unik.
Hal ini cukup penting, terutama jika UGC-nya berbayar.
Andai sifatnya organik, ada baikya tidak terlalu ikut campur dengan user-nya. Mendapatkan UGC organik yang bersifat positif itu sudah cukup bagus.
c. Izin Minta Di-Tag jika UGC-nya Organik
Jika kamu mendapatkan informasi atau menyadari adanya UGC bersifat organik, contohnya di media sosial. Maka mintalah akun brand-mu untuk di-tag oleh pembuat UGC-nya.
Mirip dengan permintaan SEO outreach untuk unlinked brand mention.
d. Mengecek Brand Mention secara Berkala
Mengecek brand mention secara berkala=memantau potensi adanya user-generated content loh.
Kamu bisa memakai Google Alerts untuk memantau brand mention.
Kalau ada review negatif, segera “padamkan”. Jika bersifat positif, ajak pembuat UGC-nya untuk berkolaborasi.
e. Evaluasi UGC yang Muncul Baik itu dari Berbayar atau pun Organik
Munculnya UGC secara organik dan pembuatan UGC secara berbayar harus kita evaluasi.
Banyakya UGC yang bersifat positif adalah bukti bahwa kualitas dari bisnis kita itu bagus, sementara kalau kebalikannya, berarti perlu ada evaluasi pada bisnisnya.
Performa konten berbayar juga harus kita perhatikan karena kita membayar untuk konten tersebut.
f. Menyematkan Atribut User-Generated Content pada Backlink
Google meminta jika suatu konten yang merupakan UGC untuk diselipkan atribut user-generated content.
Contoh User-Generated Content
Contoh user-generated content bisa kamu temukan di blog ini dalam bentuk artikel, terutama pada sesi lomba. Misalnya:
Konten testimoni atau pengalaman yang dikemas dalam bentuk video, misalnya orang yang menginap di hotel juga adalah contoh UGC.
Yuk Optimalkan User-Generated Content
User-generated content, baik itu yang organik atau pun berbayar sangat berguna untuk digital marketing. Jadi, optimalkan konten buatan pengguna ini agar tujuan marketing-mu tercapai.
Jangan lupa untuk berterima kasih kepada pembuat UGC organik yang membuat review positif tanpa dibayar sepeser pun.
Referensi:
https://www.semrush.com/blog/user-generated-content/#ugc-best-practices:-7-tips-for-cost-effective-marketing