KesehatanLombaPengalaman

Self-Acceptance dan Support System – Kunci Sukses Mental bisa Bertahan di Kampus Top

Gambar 1. Self-Acceptance = Self-Love, Sumber: imgflip

Selamat datang pembaca yang mungkin sedang struggle di masa kuliahnya. Aku juga demikian pada saat masih kuliah dulu. Bayangkan dirimu berada di lingkungan yang mana kamu bukanlah puncak rantai makanan. Begitulah kehidupan di kampus top.

Pada saat masih zaman sekolah dulu, aku dianggap sebagai seorang jenius. Hanya saja, pada saat masuk ke dunia kampus, aku mengalami inferiority complex karena mentalku menganggap kalau aku tidak ada apa-apanya dibanding jenius lainnya di kampus.

Meski demikian, akhirnya aku berhasil bangkit dan mentalku bisa bertahan di arena dogfight tersebut. Berikut kisahku.

Awal Merasa Inferior dari yang Awalnya Superior

Gambar 2. Persaingan di Kampus Top Itu Menakutkan, Sumber: imgflip

Rasanya inferiority complex dari seseorang yang merasakan superiority complex karena menjadi ikan besar di kolam kecil itu rasanya sama sekali tidak enak. Bagaikan orang yang terbiasa sukses mendadak mengalami kegagalan. Rasanya sangat stres dan aneh.

Itulah yang aku hadapi saat masa kuliahku di kampus top, terutama saat masih mahasiswa baru. Temanku bisa mendapatkan nilai 100 dan 90 dengan mudah, tetapi aku hanya mendapatkan nilai kepala 3, bahkan pernah hanya 1 digit saja. Betapa malunya diriku ini. Selama sekolah, nilaiku tidak pernah namanya di bawah 70.

Satu-satunya yang bisa kubanggakan di lingkungan kampus tinggal kemampuan olahraga karena aku dulu adalah atlet sepak bola, sementara rata-rata mahasiswa adalah orang biasa. Tapi, aku tidak puas karena dulu aku dikenal karena intelektual dan peratletan sama-sama sangat baik. Baik itu MIPA, PKN, atau pun olahraga, aku nomor 1.

Dampak Inferiority Complex

Rasanya dulu dianggap jenius menjadi berasa orang biasa saja, bahkan inferior itu tidak enak. Dampak ini aku dapatkan saat merasakan inferiority complex.

1. Kepercayaan Diri Menurun

Gambar 3. Dari Kepercayaan Diri Profesor Menjadi Kepercayaan Diri Seorang yang Inferior, Sumber: imgflip

Kepercayaan diri menurun adalah hal yang pasti dirasakan orang-orang yang mengalami inferiority complex. Dulu saat masih SMA, aku mudah saja menyuarakan pendapat dan maju ke depan kelas untuk menjawab soal dari guru tanpa rasa takut.

Saat merasakan inferiority complex, aku merasa takut untuk sekedar menjawab pertanyaan, bahkan salah tingkah/omong saat berbicara di depan kelas karena tekanan tidak terlihat yang menyebalkan itu.

2. IP/IPK Terjun Bebas

Gambar 4. IPK Ingin Naik, Apadaya Malah Terjun Bebas, Sumber: imgflip

Karena kepercayaan diri turun, rasanya sulit sekali untuk bangkit, terutama bersaing dengan mahasiswa lain dalam hal prestasi. Hasilnya? IP/IPK terjun bebas karena penurunan kepercayaan diri dan motivasi.

IP/IPK yang terjun bebas adalah tekanan yang cukup besar karena memengaruhi masa depan karena kebanyakan persyaratan pekerjaan mengajukan minimal IPK 3 dan juga bentuk tanggung jawab kepada orang tua yang sudah susah payah membayar UKT.

IP/IPK terjun bebas = gagal membahagiakan diri sendiri dan orang tua.

3. Ingin Menyerah

Gambar 5. Gambaran Orang yang Menyerah, padahal Sedikit Lagi Berhasil, Sumber: imgflip

Tidak sekali atau pun dua kali aku ingin rasanya keluar saja dari kampus top tempat saya berkuliah. Padahal, jika lulus darisini, banyak sekali opportunity yang bisa didapat. Tapi, karena merasa inferior, ada rasa ingin menyerah. Aku merasa tidak pantas untuk lulus di kampus top seperti ini dimana banyak sekali alumninya menjadi orang sukses.

Proses Self-Acceptance untuk Menangani Inferiority Complex

Setelah struggle saat masih mahasiswa baru, aku memutuskan untuk tidak menyerah dan self-acceptance atau menerima diri sendiri apa adanya. Tentunya, tidak bisa instan, ada proses yang dilakukan dalam self-acceptance dan inferiority complex. Berikut proses yang aku lakukan.

1. Mendapatkan Support System

Gambar 6. Bersatu Kita Kuat, Sumber: imgflip

Support system adalah hal yang utama dalam masa kuliah. Sejatinya, manusia adalah makhluk sosial yang berarti membutuhkan satu sama lain, termasuk aku sendiri.

Setelah mendapatkan support system dan bercerita banyak hal dengan mereka. Aku menyadari bahwa aku tidak sendirian dalam menghadapi masalah ini.

Dengan adanya support system, aku juga bisa menjaga kesehatan mentalku, bahkan bisa mendapatkan insight yang tidak aku lihat sebelumnya.

Jadi, jangan memendam masalahmu karena suatu saat bisa saja meledak. Minta bantuan orang lain itu tidak sama dengan lemah.

Support system sendiri tidak hanya dari orang lain saja. Sumber pengetahuan seputar mental seperti dearsenja bisa menjadi referensi.

2. Menerapkan Mindfulness

Gambar 7. Orang yang Kuat Itu Tidak Terlalu Membanggakan Masa Lalunya, Sumber: imgflip

Maksud dari mindfulness adalah hidup pada hari ini, tidak pada masa lalu dan masa depan. Aku bersyukur dengan apa yang kudapatkan di masa lalu, tetapi aku akan hidup di hari ini.

Setelah menerapkan mindfulness, aku menjadi pribadi yang lebih rendah hati. Dulu, aku mengidap superiority complex saat SMA dan berubah menjadi inferiority complex saat kuliah, sekarang bisa menerima diri apa adanya dan tidak sombong dengan apa yang menjadi kelebihanku dan tidak rendah diri dengan kelemahanku.

3. Mengubah Rasa Iri Menjadi Kagum dan Motivasi

Gambar 8. Mengubah Diri Menjadi Pribadi yang lebih Baik, Sumber: imgflip

Setiap orang itu pasti memiliki rasa iri di dalam hatinya. Sesungguhnya rasa iri itu bisa menjadi senjata dan berdampak baik jika diterapkan dengan benar. Yaitu dengan menjadikannya sebagai rasa kagum dan motivasi.

Awalnya aku tidak bisa menerima dan iri kepada seseorang lebih baik dari diriku hingga mengalami inferiority complex, pada akhirnya aku bisa mengubah rasa iri tersebut menjadi rasa kagum luar biasa dan motivasi.

Hasilnya? Aku menjadi lebih giat belajar dan sering mengobrol kepada orang yang aku sebenarnya iri dengannya karena bisa menghasilkan hal yang lebih baik dariku (seperti nilai ujian).

“Suatu saat nanti, aku akan mengalahkan orang yang aku kagumi sepertimu” pikirku.

4. Mulai Belajar dari Orang Lain

Gambar 9. Belajar dari Orang Lain, Sumber: imgflip

Belajar itu tidak hanya dari buku saja, tetapi juga bisa dari orang sekitarmu.

Hal ini kulakukan sebagai self-acceptance yang awalnya aku enggan untuk belajar dari orang lain. Kenyataannya, belajar dari orang lain justru lebih menyenangkan daripada belajar dari buku.

Semakin banyak aku belajar dari orang lain, semakin paham bahwa setiap orang itu unik dan aku harus bisa menyaring mana yang baik dan buruk untuk diri sendiri.

Apa yang Terjadi di Akhir Masa Kuliah?

Setelah proses self-acceptance yang cukup panjang, beginilah akhir dari masa kuliahku.

1. Lulus paling Cepat di Angkatanku

Gambar 10. Lulus Kuliah Tercepat di Angkatanku, Sumber: imgflip

Aku menjadi mahasiswa di angkatanku yang lulus paling cepat. Bisa dibilang aku lulus hanya dalam waktu 3,5 tahun. Berawal dari orang yang IPK terjun bebas hingga hampir menyerah, lalu menjadi mahasiswa yang lulusnya paling cepat. Aku sendiri juga tidak percaya.

2. IPK Berhasil Melewati 3

Gambar 11. Sukses Menaikkan IPK hingga Akhirnya lebih dari 3, Sumber: imgflip

IPK-ku terjun bebas saat masih mahasiswa baru, yaitu rata-rata 2 komaan mendekati hampir DO (di bawah 2). Sangat memalukan bukan? Bahkan orang tuaku sampai menangis karena takut akan masa depanku yang suram.

Setelah proses self acceptance dan belajar dengan support system-ku, pada akhirnya saya berhasil lulus dengan IPK 3 komaan tapi dekat dengan 3. Bahkan IP di semester 7 saya mencapai 3,90-an alias hampir 4.

Awalnya aku membuat orang tuaku menangis karena ketakutan, akhirnya aku bisa membuat orang tuaku bangga dan menangis bahagia.

3. Tidak Ragu Berkoneksi dengan Alumni

Gambar 12. Tidak Malu untuk Bergaul dengan Alumni Kampus, Sumber: imgflip

Dengan self-acceptance, aku sudah tidak kehilangan kepercayaan diri untuk berbicara dengan siapa pun, termasuk alumni kampusku yang sudah sukses.

Karena berhasil berkoneksi lintas alumni, aku akhirnya mendapatkan pekerjaan pertamaku tanpa lamaran, tapi dengan referral, bahkan tidak hanya sekali aku diajak proyek bersama karena aku bisa membuktikan kualitas dan amanah yang diberikan kepadaku.

From Zero to Hero Itu Tidak Mustahil!

Gambar 13. Support System adalah Pahlawan, Sumber: imgflip

Mungkin kisah from zero to hero banyak kamu dengar di cerita fiksi saja, padahal kisahku termasuk di dalam dunia non fiksi alias dunia nyata.

Untuk siapa pun yang sedang struggle di masa kuliah seperti diriku dulu, kamu juga bisa melakukan from zero to hero yang terlihat mustahil. Impossible is nothing!

Kamu itu berharga dan luar biasa. Jadi, jangan sampai inferiority complex dan omongan orang membuatmu down!

Terakhir, jangan ragu dan malu untuk meminta bantuan orang lain karena setiap manusia membutuhkan manusia lainnya. Together we are stronger!

#DearSenjaBlogCompetition

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *