6 Aksi Nyata dan Simpel dalam Kehidupan Sehari-Hari yang bisa Kamu Lakukan untuk Melawan Perubahan Iklim!
Perubahan iklim itu nyata, bahkan dampaknya sudah terasa. Salah satu dampak perubahan iklim yang bisa kita rasakan di kehidupan sehari-hari adalah suhu yang semakin panas karena pemanasan global.
Kabar baiknya, kita bisa ikut melawan perubahan iklim dengan cara/aksi yang simpel. Bahkan, bisa dilakukan dalam keseharian.
Berikut 6 aksi nyata yang simpel dan bisa kamu lakukan untuk melawan perubahan iklim!
1. Mengurangi Penggunaan Plastik
Dikutip dari Katadata, sampah plastik adalah penyumbang sampah terbesar di Indonesia setelah sampah makanan. Hal ini berbahaya karena plastik ikut berperan dalam perubahan iklim.
Plastik tidak mudah terurai dan bisa survive pada berbagai medan, sehingga cara yang biasa dipakai untuk menghancurkannya adalah membakarnya. Sayangnya, pembakaran plastik menjadi penyumbang emisi.
Parahnya, pada tahun 2050, 17% dari budget karbon global akan berasal dari plastik karena permintaannya yang tinggi.
Mengurangi penggunaan plastik berarti mengurangi emisi karbon yang menyebabkan perubahan iklim.
Cara mengurangi penggunaan plastik yang bisa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari adalah:
· Menggunakan tas yang terbuat dari kertas
· Berbelanja dengan metode buy in bulk
· Menyimpan makanan di toples kaca
· Tidak memakai sedotan saat minum
· Batasi pembelian air dalam kemasan plastik
2. Terapkan 4R
Menerapkan 4R yang terdiri dari reduce, reuse, repair & recycle juga bisa menjadi aksi nyata dan simpel dalam melawan perubahan iklim.
Barang-barang yang kamu pakai seperti elektronik dan pakaian menyebabkan emisi karbon saat proses produksinya, mulai dari ekstraksi bahan hingga ditransfer ke pasar. Setiap 1 kg tekstil memproduksi 17 kg emisi karbon.
Jadi, cobalah untuk menerapkan 4R, contohnya:
· Mengurangi frekuensi dan jumlah pembelian pakaian/alat elektronik. Beli jika lagi benar-benar butuh
· Jahit pakaian jika bolong agar masih layak dipakai
· Memakai botol kaca untuk menyimpan secara berulang-ulang (tidak sekali pakai)
· Mendaur ulang, misalnya kertas yang tidak terpakai dibuat jadi madding
3. Prioritaskan untuk Berjalan, Bersepeda, atau Menggunakan Transportasi Publik
Aksi nyata untuk melawan perubahan iklim yang satu ini terlihat simpel, namun mungkin agak susah untuk orang yang “mager”.
Ternyata, sekedar berjalan dan bersepeda untuk pergi ke suatu tempat serta mengurangi pemakaian kendaraan dengan sumber energi minyak dapat melawan perubahan iklim. Hal ini dikarenakan kendaraan tersebut membakar diesel dan bensin yang menyebabkan emisi karbon.
Cobalah untuk berjalan kaki dan bersepeda jika pergi ke suatu tempat, apalagi jika jaraknya dekat.
Kalau jaraknya jauh? Prioritaskan untuk menggunakan transportasi umum seperti bis, angkot, atau kereta.
Hidup tanpa mobil dapat mengurangi jejak karbon sampai 2 ton per tahunnya jika dibandingkan dengan gaya hidup dengan mobil.
4. Kurangi Sampah Makanan
Hal sesimpel mengurangi sampah makanan juga dapat melawan perubahan iklim karena ketika makanan membusuk di dalam tanah, metana yang merupakan gas rumah kaca akan terproduksi.
Ironisnya, sampah makanan justru merupakan penyumbang sampah terbesar di Indonesia, padahal makanan yang jadi sampah tersebut harusnya bisa diberikan kepada orang yang lapar.
Cara berikut ini dapat dipakai untuk mengurangi sampah makanan:
· Membuat meal prep dan shopping list agar tidak berlebihan dalam belanja makanan
· Simpan stok makanan dengan benar, contohnya adalah menggunakan sistem FIFO (First In First Out) atau FEFO (First Expired First Out) dalam prioritas penyimpanan dan pemakaian makanan
· Jangan nilai makanan hanya dari luarnya saja, kalau sudah terlihat tidak segar, tetapi masih layak dikonsumsi, makan saja
· Simpan sisa makanan. Contohnya kalau makananmu tidak habis saat makan di restoran. Bungkus sisa makanan tersebut untuk dikonsumsi di lain waktu
5. Konsumsi Daging dan Produk Susu Sesuai dengan Kebutuhan
Daging dan produk susu adalah makanan penyumbang jejak karbon terbesar. Bahkan, dikutip dari BBC, daging sapi memproduksi emisi gas rumah kaca terbesar, termasuk metana..
Daging sapi merupakan salah satu jenis daging merah yang kaya akan vitamin B12, zinc, dan zat besi, sementara itu susu dan produknya banyak mengandung zat gizi meski banyak mengandung gula.
Sebaiknya jangan tinggalkan makanan tersebut, tetapi konsumsilah sesuai dengan kebutuhan dan perbanyak mengonsumsi sayuran dan buah yang kaya akan serat.
Konsumsi daging merah seperti daging sapi dibatasi 350-500 gram per minggu tidak hanya demi kesehatan, tetapi sebaiknya demi lingkungan juga.
6. Berdonasi dalam Aksi Restorasi Lingkungan
Kamu bisa berdonasi dalam aksi restorasi lingkungan. Donasi yang kamu berikan akan mendukung gerakan pelestarian lingkungan dan melawan perubahan iklim.
Hanya saja, jangan berdonasi di tempat yang asal-asalan. Lebih baik berdonasi di tempat yang terpercaya.
a. Adakah Contoh Organisasi Terpercaya untuk Berdonasi dalam Aksi Restorasi Lingkungan?
Contoh organisasi terpercaya untuk berdonasi adalah Greenation Foundation. Mereka membuat GFDP (Green Fund Digital Philantrophy) untuk mendukung penanganan perubahan iklim.
b. Latar Belakang GFDP
Latar belakang dari didirikannya GFDP adalah karena kegelisahan inisiator berbagai gerakan pelestarian lingkungan. Mereka kurang dukungan finansial dalam menjalankan inisiatifnya untuk melestarikan lingkungan.
b. Tujuan GFDP
Dengan adanya GFDP, diharapkan Indonesia akan bebas dari bencana iklim di masa depan dengan melibatkan peran dari semua orang lewat digitalisasi wadah donasi yang akan menyalurkan uang dari orang-orang untuk membantu gerakan, proyek, atau pun inovasi untuk melestarikan lingkungan, tetapi kekurangan dana.
c. Mengapa Berdonasi di GFDP?
Berdonasi di GFDP memiliki beberapa keunggulan, yaitu:
· Mudah (bisa kapan pun dan dimana pun)
· Transparan (laporan keuangan donasi dilaporkan dan ada dokumentasi kegiatan)
· Fitur canggih dalam platform-nya seperti gamifikasi dan personal dashboard
· Aksi nyata, simpel, dan konkrit dalam melawan perubahan iklim karena mendukung aksi restorasi lingkungan dari sisi pendanaan
d. Bagaimana Cara Berdonasi di GFDP?
Caranya simpel, kamu bisa donasi secara langsung di situs Greenation Foundation.
Terdapat pilihan untuk donasinya, yaitu donasi secara bulanan dan sekali donasi. Minimal donasi yang diberikan adalah sebesar Rp10.000,00. Hanya dengan donasi Rp.10.000,00 saja, kamu sudah ikut berjuang dalam melawan perubahan iklim. Hebat bukan?
Sudah Siap untuk Beraksi Melawan Perubahan Iklim?
Ternyata, banyak kok aksi nyata dan simpel dalam melawan perubahan iklim. Sesimpel tidak menyisakan makanan saat makan dan berdonasi hanya dengan minimal Rp10.000,00 ke organisasi terpercaya dalam restorasi lingkungan saja sudah terhitung sebagai aksi dalam melawan perubahan iklim.
Siap menjadi pahlawan dan menyelamatkan Bumi kita tercinta dari perubahan iklim? Mari terapkan aksi nyatanya sekarang juga!
Referensi
Annur, M. C. (2023, March 9). Katadata. Retrieved from https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/03/09/ri-hasilkan-19-juta-ton-timbulan-sampah-pada-2022-mayoritas-sisa-makanan
BBC. (2021, November 12). BBC. Retrieved from https://www.bbc.com/news/explainers-59232599
Canova, N. (n.d.). UN. Retrieved from https://www.un.org/en/actnow/ten-actions
Ghifari, Y. F. (2022, September 14). Sirka. Retrieved from https://www.sirka.io/blog/2022/09/14/cara-mengurangi-sampah-makanan-mengapa-diperlukan/
Greenpeace. (n.d.). Greenpeace. Retrieved from https://www.greenpeace.org.uk/challenges/climate-change/solutions-climate-change/
Imperial College London. (n.d.). Imperial College London. Retrieved from https://www.imperial.ac.uk/stories/climate-action/
Saraswati, W. A. (2022, July 14). Greenation. Retrieved from https://greeneration.org/publication/green-info/solusi-perubahan-iklim-green-fund-digital-philanthropy/
World Cancer Research Fund International. (n.d.). World Cancer Research Fund International. Retrieved from https://www.wcrf.org/diet-activity-and-cancer/cancer-prevention-recommendations/limit-red-and-processed-meat/#:~:text=Dietary%20goal,12%E2%80%9318oz)%20cooked%20weight.
Pingback: Seberapa Lama Peradaban Manusia akan Bertahan?