Halo Effect – Saat Impresi Mengaburkan Penilaian Objektif
Pernahkah kamu menilai seseorang itu tinggi sekali status sosialnya karena pakaian dan jam tangan bermerek tanpa kita bertanya terlebih dahulu soal berapa total asetnya ataukah barang tersebut hanya pinjaman? Jika iya, berarti kamu sedang kena bias kognitif bernama halo effect.
Halo effect ini mirip dengan bias kognitif lainnya, ada manfaat dan bahayanya loh. Yuk kenalan dengan bias ini agar kita bisa terhindar dari bahayanya!
Apa Itu Halo Effect?
Halo effect adalah bias kognitif di mana salah satu kesan/impresi menjadi penggambaran keseluruhan dari karakteristik. Misalnya, kamu melihat orang itu tatoan, maka kamu akan beranggapan bahwa orang tersebut preman/nakal.
Tentu saja kita tidak boleh judge a book by its cover, namun kenyataannya, bias kognitif ini kerap terjadi di kehidupan dan lingkungan kita.
Istilah halo sendiri diambil dari simbol agamis di mana seorang saint atau malaikat punya semacam lingkaran di atas kepalanya yang selalu menyinari muka mereka dengan cahaya.
Halo effect ini cukup erat kaitannya dengan bias kognitif lain seperti authority bias dan confirmation bias.
Contoh Halo Effect di Kehidupan Sehari-Hari
Banyak loh contoh halo effect dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya:
- Memakai jam tangan bermerek dianggap high class
- Menggunakan Twitter termasuk orang cerdas/kritis/SJW
- Berkacamata = pintar
- Memilih tokoh politik tertentu = sifatnya emosian, bodoh, senang dengan hal dewasa, dsb.
- Orang good looking dikira punya attitude yang good juga
- Dokter mendiagnosa pasien sehat hanya dengan observasi dari luar saja tanpa tes/pemeriksaan lebih lanjut
- Punya mobil = kaya
- Alumni ITB, UI, dan UGM sudah pasti pintar
- Alumni UPI, UNJ, UNY atau yang ada fakultas olahraga, sudah pasti jago banget di olahraga
Penyebab Halo Effect?
Dikutip dari The Decision Lab, halo effect terjadi karena persepsi konstruktif sosial dari manusia itu sendiri di mana mereka tidak menilai sesuatu dari informasi objektif, namun membuat imej yang fit dengan apa yang telah diketahui.
Yah, secara tidak sadar, kita bisa judging atau menghakimi orang lain karena bias kognitif ini.
Manfaat Halo Effect
a. Memilih yang Terbaik dengan Informasi Minim
Pada intinya, halo effect bermanfaat untuk memilih suatu hal yang terbaik dengan informasi minim. Contohnya:
- Pemimpin
- Buku
- Makanan
- Minuman
- Jasa
Impresi yang dibangun di awal akan membantu kita untuk menentukan pilihan terbaik. Namun, jika ada informasi tambahan tentu akan jadi wajib untuk ditelusuri.
b. Marketing dan Branding
Dalam marketing dan branding, halo effect bermanfaat untuk menarik prospek.
Bangun impresi yang bagus, baik itu dari desain, copies, dll. agar audiens dari marketing funnel yang dalam tahap awareness bisa lanjut ke tahap konsiderasi, bahkan closing dan advokasi.
c. Karir
Sering melihat syarat kalau calon karyawan/pegawai harus dari lulusan universitas top atau hanya menginginkan lulusan dari universitas/institut tertentu? Sebenarnya hal ini adalah manfaat dari halo effect yang dirasakan oleh rekruter yang merekrut alumni universitas tersebut, apalagi kalau level top seperti ivy league di Amerika Serikat.
Di Indonesia, biasanya top university identik dengan UI, ITB, dan UGM.
Bahaya Halo Effect
Pada intinya, bahaya halo effect adalah kesalahan dalam menilai keseluruhan karena dengan bias kognitif tersebut, kita hanya menilai sekilas saja dari luar, alias kita tidak tahu bagaimana dalamnya.
Kesalahan/tidak bisa menilai keseluruhan akan memiliki dampak negatif seperti:
- Memberikan stigma yang sebenarnya tidak perlu/salah
- Menyebarkan hoax
- Kehilangan kesempatan untuk networking
- Tidak berpikir kritis
- Melanggengkan prejudice atau prasangka
- Di dunia HR, rekruter bisa salah merekrut pegawai karena hanya menilai keseluruhan dari interview sekilas saja
Bagaimana Cara Menghindari Bahaya dari Halo Effect?
a. Jangan Menilai hanya dari Cover saja
Don’t judge a book by its cover adalah prinsip yang berguna untuk terhindar dari halo effect.
Jangan tertipu dari penampilan luar. Bahkan pemegang kartu prioritas BCA saja setelannya singletan dan pakai sendal jepit.
b. Paham bahwa Tidak Ada yang Sempurna di Dunia Ini
Tidak ada yang sempurna di dunia ini, termasuk first impression atau tampilan luar.
Mungkin kita bisa lihat luarnya, tetapi kita tidak bisa tahu dalamnya tanpa menggali terlebih dahulu.
c. Riset
Oke, kita tahu penampilan luar, lalu bagaimana kalau kita cari tahu lebih dalam atau riset? Pernah terbayang tidak soal mengapa orang tersebut membuat penampilan luar seperti itu? Ada loh orang yang tipe bodo amat dengan tanggapan atau penilaian orang lain.
Hati-Hati dengan Halo Effect!
Halo effect dapat mengaburkan pandangan dan kesempatan kita karena penilaian dari luar saja. Padahal, kita tahu dalam statistik, satu atau sedikit data tidak bisa mewakili keseluruhan populasi.
Daripada mengandalkan prasangka dan feeling, cobalah untuk meneliti lebih jauh soal penampilan luar dan dalam. Setiap hal pasti ada alasannya di dunia ini.
Bahkan ada orang yang pura-pura miskin, padahal kaya agar tidak dipinjami uang 🙂