Ilmu Komunikasi

Komunikasi Konteks Rendah – Langsung dan Eksplisit!

Dalam komunikasi antarbudaya, menurut Edward Hall dan Mildred Reed Hall, terdapat salah satu konsep utama pada komunikasi, yaitu komunikasi konteks rendah (low context) dan konteks tinggi (high context).

Pemilik blog ini akan membahas komunikasi konteks rendah di artikel ini. Jadi, apa itu low context communication?

Apa itu Komunikasi Konteks Rendah?

Komunikasi konteks rendah atau low context communication adalah konsep berupa gaya komunikasi yang maknanya bersifat literal dan eksplisit. Singkatnya, gaya komunikasi yang to the point dan tanpa basa-basi.

Ciri-Ciri Komunikasi Konteks Rendah

Beberapa ciri-ciri komunikasi konteks rendah adalah:

1. Langsung, to the point

2. Diucapkan secara eksplisit

3. Terstruktur dengan jelas tanpa kompartemen yang terpisah

4. Lebih literal/kurang metaforis

5. Menekankan lebih banyak pada kata-kata yang diucapkan secara lisan atau tertulis

6. Kurang penekanan pada komunikasi non-verbal

7. Dimulai dari poin utama (to the point), lalu ke detail. Seperti paragraf deduktif.

Contoh Daerah dengan Budaya Konteks Rendah (Low-Context)

Beberapa contoh dari budaya low-context adalah:

1. Eropa Barat Laut

2. Amerika Utara

3. Australia

4. Selandia Baru

Kelebihan Komunikasi Konteks Rendah

Dari ciri-ciri komunikasi konteks rendah, sebenarnya ada beberapa kelebihan dari gaya komunikasi tersebut. Yaitu:

1. Sangat jelas, sehingga tidak rawan multitafsir

2. To the point, jadi poinnya langsung disampaikan dengan jelas

3. Transparansi dalam niat komunikasi

Jadi, kelebihan dari komunikasi konteks rendah adalah kejelasan dalam intensi dan makna.

Kekurangan Komunikasi Konteks Rendah

Selain kelebihan, ada juga komunikasi konteks rendah, antara lain:

1. Rawan menimbulkan konflik atau miskomunikasi, terutama untuk orang dengan budaya konteks tinggi/high-context

2. Bisa mengabaikan konteks karena tone of voice

3. Dikatakan “songong”

4. Kurang menekankan pada komunikasi non verbal karena fokusnya ada di lisan/tulisan

Contoh Komunikasi Konteks Rendah

Contoh komunikasi konteks rendah sering kita temukan dalam kritik pedas yang eksplisit atau kekesalan yang disampaikan secara langsung. Contohnya:

1. “Kamu ini kerja selalu salah!”

2. “Kasurnya masih tidak rapih, pemalas banget kau!”

3. “Nilaimu sangat buruk, orang tuamu pasti akan marah”

Kapan Momen yang Tepat untuk Memakai Komunikasi Konteks Rendah?

Tergantung konteks, kondisi, dan budaya. Jika kita memakai komunikasi konteks rendah di masyarakat dengan kultur konteks tinggi, rawan terjadi miskomunikasi dan akhirnya bukan substansi pesannya yang dicerna, tapi emosi saat berkomunikasi oleh si komunikan.

Dalam kesiapan antarbudaya, perlu kompetensi seperti:

1. Sensitivitas antarbudaya

2. Komunikasi antarbudaya

3. Membangun komitmen

4. Mengelola ketidakpastian

Contoh momen yang tepat untuk komunikasi konteks rendah adalah memberikan kritik terhadap pemerintah atau orang yang sulit sekali jika dinasehati baik-baik masih tidak mau berubah.

Bagaimana Sebaiknya Cara Komunikator Konteks Rendah Berkomunikasi dengan Komunikan Konteks Tinggi?

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita perlu memakai pendekatan golden mean pada etika komunikasi. Carilah middle ground atau titik tengah antara konteks rendah dengan tinggi. Empati dan tidak “baper” adalah kunci di sini.

Jangan sampai substansi pesan dalam komunikasinya tidak didapatkan karena tone of voice atau ketidakjelasan intensi dan maknanya.

Yuk Berkomunikasi dengan Efektif!

Meski terdapat kelebihan seperti makna yang jelas, namun ada juga kekurangan pada komunikasi konteks rendah seperti rawan menimbulkan miskomunikasi dan konflik, terutama dengan komunikator konteks rendah.

Pakailah komunikasi konteks rendah untuk komunikasi efektif. Ingat lagi berbagai model komunikasi seperti SMCR. Komunikator dan komunikan harus sama-sama mengerti dan sepemahaman agar komunikasinya efektif.

Selamat berkomunikasi!

Referensi:

Nunez, C., Nunez, L., & Nunez, R. (2019). Komunikasi Antar Budaya (Bab 1). Yogyakarta. Kanisius

Ruben, B. D., & Stewart, L. (2019). Communication & Human Behavior.

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *