Apa saja Kekurangan ChatGPT? AI pun Tidak Sempurna
Kelebihan dari ChatGPT dapat bermanfaat untuk manusia, contohnya adalah memproduksi tulisan dalam jumlah besar dengan waktu yang relatif singkat. Namun, kenyataannya banyak juga kekurangan ChatGPT ini. Jadi, AI ini sebenarnya bukan merupakan silver bullet.
Hmmmmm….. memangnya apa kelemahan/kekurangan ChatGPT?
1. (Terkadang) Memberikan Informasi Tidak Faktual
ChatGPT belum tentu memberikan infomasi yang faktual karena pada dasarnya AI ini hanya menyadur dari tulisan yang ada di internet. Jadi, alat ini tidak bisa membedakan juga mana yang fakta dan mana yang merupakan opini.
Untuk mengetahui apakah ChatGPT memberikan informasi yang benar atau tidak, maka harus ada manusia yang melakukan cross check pada informasi yang diberikan ChatGPT.
2. Tulisan yang Kaku
Perbedaan tulisan AI dan manusia terletak pada kekakuan. Salah satu contoh tulisan hasil dari ChatGPT adalah kurangnya interaksi dari penulis kepada pembaca. Jadi, tulisannya berkesan satu arah saja dari penulis ke pembaca.
Memang terkadang straightforward itu perlu, namun lebih bagus kalau kita mengajak pembaca berinteraksi dengan tulisan kita.
Tulisan yang kaku ini juga kurang bisa membangkitkan emosi dari pembaca karena terkesan hanya menyadur, bukan dari pengalaman sendiri.
3. Rawan Plagiarisme
Yah, karena ChatGPT hanya menyadur tulisan dari internet. Besar kemungkinan kalau tulisan dari AI tersebut memiliki level plagiarisme yang tinggi.
Level plagiarisme yang tinggi ini tidak bisa disepelekan karena melanggar hak cipta dan ada sanksi pidana.
Kita bisa mendeteksi tulisan AI dengan alat seperti Copyleaks atau ZeroGPT. Sementara itu, untuk menghindari plagiarisme, kita bisa mengecek level plagiarisme dengan alat seperti Turnitin, Smallseotools, dan Copyscape.
4. Butuh Prompt yang Bagus
Output dari ChatGPT bergantung pada prompt–nya. Karena itu, jika orangnya kurang pandai dalam membuat prompt, maka output dari AI ini juga akan jelek.
5. Pengetahuan Terbatas
Pengetahuan dari ChatGPT terbatas dari database yang diberikan dan tulisan yang ada di internet.
Kalau sampai tidak ada tulisan baru lagi, ChatGPT juga akan kesulitan untuk memberikan jawaban yang benar. Karena inilah, penulis manusia masih dibutuhkan meski ChatGPT telah hadir di dunia ini.
6. Berpotensi Menimbulkan Praktek Tidak Bersih di Dunia Akademik
Siapa yang tidak senang dengan alat produksi tulisan yang cepat, praktis, mudah, apalagi gratis? ChatGPT ini bisa jadi bumerang di dunia akademik jika penggunaannya tidak diregulasi.
Contohnya adalah siswa/mahasiswa yang menggunakan AI ini untuk mengerjakan ujian, tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi, dan pekerjaan yang membutuhkan kemampuan menulis. Mereka jadi malas mencari referensi yang tepat dan hanya mengandalkan ChatGPT.
7. Aspek Legalitas yang Belum Jelas
Sampai hari ini (30 Desember 2023), penulis belum menemukan payung hukum soal legalitas ChatGPT di Indonesia.
Menurut berita dari Detik, ChatGPT belum terdaftar di PSE dan berpotensi diblokir di Indonesia.
Penulis akan memberikan update di sesi ini ketika ada perubahan seperti payung hukum yang sudah ada untuk ChatGPT.
8. Tidak bisa Menerapkan Author Authority
Google pernah memberikan saran bahwa AI/ChatGPT tidak dimasukkan sebagai author dalam sebuah tulisan. Dengan kata lain, kalau kita menggunakan ChatGPT, kita sama sekali tidak menerapkan author authority yang diperlukan di niche YMYL seperti kesehatan dan keuangan.
Kekurangan ChatGPT bisa Ditutup dengan “Pilot” yang Handal
Selain nomor 6 dan 7, kekurangan ChatGPT yang disebutkan di artikel ini bisa ditambal dengan adanya “pilot” ChatGPT yang handal seperti editor profesional dan orang yang mengerti tentang cara membuat prompt. Nomor 6 dan 7 perlu bantuan dari regulator untuk menutupi kelemahannya.
Dari kekurangan ChatGPT, sebenarnya ada insight bahwa sepintar-pintarnya AI, akan tetap butuh manusia untuk mengoperasikannya. Jadi, jangan terlalu khawatir!