Ilmu KomunikasiPenyuntingan

Gatekeeper dalam Komunikasi Massa – Si Penentu Pesan Mana yang Boleh Tampil

Pernahkah tulisanmu ditolak oleh editor atau berhasil terbit, namun ada perubahan di dalam tulisannya di media massa seperti portal berita online atau platform menulis/user-generated content? Hal itu merupakan peran dari gatekeeper dalam komunikasi massa.

Yuk kita telusuri peran si gatekeeper ini!

Apa itu Gatekeeper dalam Komunikasi Massa?

Gatekeeper dalam komunikasi massa adalah pihak yang menentukan:

  • Pesan mana yang diperbolehkan untuk dipublikasikan
  • Aturan soal tata cara pembuatan pesan
  • Siapa yang berhak membuat pesan
  • Key message, tema, atau gaya penulisan yang diperbolehkan

Singkatnya, “penjaga gerbang” ini adalah pihak yang menjaga “gerbang” agar tidak semua pesan tidak bisa langsung melewati “gerbang” tersebut.

Contoh paling sederhana adalah editor di media berita atau blog post yang membuat guideline soal kepenulisan dan do and don’t kepada content writer mereka.

Proses seleksi/filtering, termasuk penyuntingan disebut sebagai gatekeeping.

Teori Gatekeeping dalam Komunikasi Massa

Gatekeeping theory adalah teori yang dikembangkan oleh Kurt Lewin ketika perang dunia II.

Dikutip dari Helpfulprofessor.com, Lewin ditugaskan untuk mempelajari proses pemilihan makanan pada keluarga di Amerika. Dari studi inilah, Kurt Lewin mengembangkan konsep bernama gate atau gerbang dan penjaganya atau gatekeeper dalam seleksi berita.

Teori ini menggambarkan proses yang dilalui oleh media massa. Yaitu tentang informasi yang berhasil melalui gate atau gerbang serta yang gagal melewatinya.

Tugas Gatekeeper dalam Komunikasi Massa

Secara singkat, tugas gatekeeper adalah menentukan mana informasi yang boleh melewati gerbang/gate dan tidak.

Penentuan mana informasi yang boleh melewati gerbang dan tidak bisa ditentukan dengan berbagai parameter, misalnya:

Setiap media massa punya aturannya sendiri soal tugas gatekeeper ini.

Informasi yang bisa lewat di gate media massa A, belum tentu bisa lewat di media B.

Jika pesannya gagal melewati gerbang, gatekeeper biasanya menginformasikan kepada pemilik pesan berupa permintaan revisi/penyuntingan atau gagal tayang. Proses encoding yang baik dari source adalah kunci untuk melewati gate.

Contoh Gatekeeper dalam Komunikasi Massa

Contoh paling sederhana gatekeeper dalam komunikasi massa adalah editor berita.

Namun, tidak hanya untuk portal berita saja. Gatekeeper juga bisa merujuk ke beberapa profesi selama mereka bertanggung jawab untuk menentukan pesan mana yang boleh melewati gerbang dan tidak. Misalnya:

  • SEO specialist/SEO on-page/SEO content
  • Kurator/curator
  • Chief marketing officer
  • Blog manager
  • Sutradara
  • PR

Kelebihan Adanya Gatekeeper dalam Komunikasi Massa

a. Informasi Terfilter dengan Baik karena Ada Quality Control

Gatekeeper berperan sebagai quality control dalam pesan yang disampaikan, sehingga pesan yang disampaikan dalam media massa akan minim kesalahan, misalnya typo dan redundansi.

b. Menjaga Topical Authority dan Konsistensi

Dalam konteks SEO dan content marketing, karena gatekeeper berperan untuk menentukan pesan mana yang boleh melewati gate, mereka tidak akan meloloskan pesan yang tidak sesuai niche, sehingga topical authority bisa dijaga.

Konsistensi pesan, baik itu tersurat dan tersirat juga bisa terjaga dengan adanya gatekeeper. Dengan begitu, branding akan berjalan semakin bagus. Tidak ada pesan yang kontradiktif satu sama lain.

c. Satu Pintu

Gatekeeper berperan juga menjadi “pintu”, sehingga jika ada pesan bermasalah, mereka akan langsung mengecek dan menandainya, sehingga reputasi media bisa terjaga dan konsumen tidak mengonsumsi informasi yang tidak layak tayang.

Kemudian, gatekeeper juga bisa memberikan masukan konstruktif kepada pembuat pesan agar pesan mereka bisa melewati gate.

Kekurangan Adanya Gatekeeper dalam Komunikasi Massa

a. Adanya Delay

Karena ada gatekeeper, proses penyampaian pesan dari sumber asli hingga sampai ke audiens akan berlangsung lebih lama alias tidak instan.

Contohnya, pada niche kesehatan, proses kurasi konten akan berlangsung lebih lama karena adanya fact-checking dari nakes profesional terlebih dahulu.

Fun fact, pemilik blog ini pernah menulis tentang “menulis tanpa editor” di tautan ini.

b. Bias dalam Gatekeeper

Gatekeeper juga tidaklah sempurna dan punya bias.

Bisa saja ada gatekeeper yang tidak meloloskan pesan yang sebenarnya bisa lewat karena bias dan kesalahan dalam menginterpretasikan brief, atau secara pribadi memang tidak suka pesannya.

c. Risiko Power Abuse

Karena memiliki kontrol penuh akan pesan yang lewat atau tidak, gatekeeper juga berpotensi melakukan power abuse. Namun, hal ini bisa terjadi jika tidak ada pengawasan yang ketat.

Contoh power abuse paling sederhana dalam dunia media massa adanya konten yang lolos lewat “jalur bawah tanah”.

Opini: Lebih Baik Ada Gatekeeper dalam Komunikasi Massa

Meski adanya kontra/kelemahan seperti waktu yang lebih lama hingga pesan sampai ke audiens, peran gatekeeper dalam komunikasi massa sangatlah vital. Tanpa adanya gatekeeper, segala jenis pesan, baik itu terlarang secara hukum atau tidak bisa muncul di media massa.

Risikonya terlalu besar bagi pemilik media massa jika tidak punya gatekeeper. Jadi, janganlah pelit untuk merekrut editor. Content writer tidak sebaiknya dijadikan editor atau gatekeeper sekaligus.

Contoh gatekeeping di blog ini, kamu tidak akan menemukan blog post seperti judol, konten dewasa, dan alkohol karena gatekeeper-nya adalah pemilik blog ini yang telah menerapkan aturan mana konten yang boleh tampil atau tidak.

Kalau menurutmu, gatekeeper dalam komunikasi massa itu penting tidak? 🙂

Referensi:

The Pros of Cons of a Gatekeeper

Gatekeeping Theory: Definition, Examples, Criticisms

GateKeeping Theory

Gatekeeping Theory

3.1 Understanding the Gatekeeper Audience

Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *