9 Kesalahan Editor Artikel yang Perlu Dihindari
Di dunia kepenulisan, mungkin lebih banyak bahasan soal kesalahan penulis ketika menulis artikel mereka yang biasa di-spot oleh editor. Namun, editor pun tidak luput dari kesalahan juga. Kesalahan editor justru dapat berakibat fatal loh.
Apa saja kesalahan editor yang perlu dihindari? Bagaimana cara agar kesalahan tersebut tidak terjadi?
Mengapa Kesalahan Editor Artikel bisa Berbahaya?
Editor adalah “gerbang” sebelum suatu artikel akhirnya dipublikasikan ke masyarakat umum. Bisa dibilang, editor adalah orang yang menilai apakah suatu artikel layak dipublikasikan atau tidak.
Jika artikel yang tidak layak justru malah dipublikasikan, maka akan terjadi bahaya seperti:
- Brand dibawa ke meja hijau, misalnya meloloskan artikel yang rawan menyinggung SARA
- Berkurangnya kepercayaan audiens terhadap suatu brand/penulis
- Mengakhiri karir penulis
- Tersebarnya hoax jika ada kalimat/paragraf yang tidak faktual, namun lolos dalam penyuntingan
- Kepercayaan penulis menurun
- Kegagalan dalam terciptanya karya hebat
Contoh Kesalahan Editor Artikel yang perlu Dihindari
Berikut beberapa contoh kesalahan editor artikel:
a. Skip dengan Kesalahan yang Dibuat oleh Penulis
Ini kesalahan yang paling umum, yaitu skip atau tidak menyadari kesalahan yang dibuat oleh penulis. Yang paling umum adalah skip dalam membetulkan typo.
Editor bisa menggunakan bantuan alat seperti Google docs atau AI untuk menemukan typo jika diperlukan. Terutama kalau mata sudah lelah untuk membaca/mendeteksi typo atau kesalahan lainnya.
b. Mengoreksi Penulisan yang Benar
Kebalikannya, terkadang ada juga editor yang mengoreksi penulisan yang benar. Biasanya, hal ini terjadi karena ketidaktahuan akan tata bahasa, lupa dengan brief, atau punya masalah pribadi dengan penulisnya.
c. Tidak Memberikan Feedback/Kritik yang Konstruktif
Jika banyak kesalahan yang dilakukan oleh penulis, editor akan memberikan komentar pada artikel.
Namun, tidak jarang, editor justru memberikan kritik/masukan yang tidak konstruktif. Bahkan terkesan seperti orang ngambek atau marah-marah.
Daripada memberikan masukan seperti anak kecil yang sedang tantrum, lebih baik berikan saran agar penulis bisa menulis dengan lebih baik. Misalnya, lakukan swasunting terlebih dahulu sebelum menyetor artikel ke editor.
d. Tidak Suka Membaca
Ini mungkin kesalahan editor artikel yang cukup lucu.
Seorang editor artikel tentuya wajib mau dan suka membaca. Kalau tidak, bagaimana caranya mereka bisa menilai suatu artikel secara objektif dan menyeluruh?
e. Tidak Mau Fact-Checking
Seorang editor juga harus skeptis, terutama untuk artikel dengan tema YMYL karena kalimat/paragraf yang tidak faktual dapat membahayakan seseorang.
Editor harus mau melakukan verifikasi fakta pada tulisan. Cara paling mudah adalah googling dan mencari referensi terpercaya.
f. Terlalu Percaya dengan Penulis
Percaya dengan penulis tentunya adalah keharusan. Namun, apa pun yang berlebihan tentunya tidak baik.
Kalau terlalu percaya dengan penulis, editor jadi kurang bisa menilai dengan objektif. Contohnya, editor jadi jarang mengecek level plagiasi karena terlalu yakin penulisnya tidak akan melakukan plagiasi.
Sebenarnya, kalau editor sudah hafal dengan gaya penulisan penulisnya, tidak akan masalah. Namun, untuk penulis baru, ada baiknya tetap inspeksi untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.
g. Tidak Mau Mendengar Pendapat dari Penulis
Percaya atau tidak, ada juga editor yang merasa dirinya “di atas” penulis, sehingga mereka tidak mau mendengarkan pendapat dari penulis mereka.
Seorang editor yang baik akan mau berdiskusi dua arah dengan penulisnya.
h. Tidak Menjadikan Brief sebagai Patokan
Seorang editor pastinya punya brief yang menjadi patokan dalam penyuntingan mereka.
Kalau tidak ada brief, bagaimana seorang editor menyunting? Apa basisnya?
i. Bertengkar/Punya Hubungan Buruk dengan Penulis
Penulis artikel ini yakin, ada editor yang (pernah) punya hubungan buruk dengan penulis. Itu juga merupakan kesalahan editor artikel loh.
Editor hadir karena ketidaksempurnaan penulis. Jadi, kita sebagai editor juga harus membangun hubungan baik dengan penulis. Tanpa mereka, profesi editor tidak akan ada.
Yakin deh, jika kita (editor artikel) punya hubungan baik dengan penulis. Kualitas artikel dari penulis kita juga akan meningkat. Ini dari pengalaman pribadi penulis yang memimpin 4 content writer.
Bagaimana Cara Menghindari Kesalahan sebagai Editor?
Kabar baiknya, ada cara untuk menghindari kesalahan sebagai editor, yaitu:
a. Punya Brief sebagai Patokan
Seorang editor wajib punya content brief agar mereka punya patokan saat sedang menyunting.
Kalau tidak ada brief, pasti editor hanya sekedar memperbaiki typo saja. Tidak melihat konteks, brand guideline, atau gaya penulisan.
b. Pakai Alat untuk Menyunting
Editor pun bisa memakai alat untuk membantu pekerjaan mereka.
Contohnya, buat prompt ke ChatGPT untuk menyunting artikel atau memakai grammarly untuk mengecek apakah ada kesalahan pada grammar.
c. Menyunting di Waktu yang Tepat
Selain waktu menulis, ada juga loh waktu menyunting yang tepat, yaitu saat pagi menuju siang atau siang karena level kortisol sedang naik, sehingga konsentrasi juga ikut naik.
Jika kamu seorang penulis yang melakukan swasunting, maka jangan langsung menyunting setelah kelar menulis draft pertama. Istirahat saja dulu.
d. Mau Membaca dengan Baik-Baik dan Seksama
Menemukan gagasan pokok memang mudah, cukup lihat kalimat pertama atau terakhir dari suatu paragraf. Namun, ada baiknya editor juga membaca keseluruhan artikel agar benar-benar tahu keseluruhan konteks dari artikelnya.
Membaca artikel penulis kita dengan baik-baik dan seksama juga merupakan bentuk penghormatan kepada karya mereka.
e. Berlatih dalam Memberikan Kritik dan Saran
Belajar memberikan kritik/masukan yang konstruktif juga perlu agar kesalahan editor artikel seperti punya hubungan buruk dengan penulis atau aritkel yang makin jelek tidak terjadi.
Caranya? Coba lihat berbagai masalah di masyarakat atau sekitar lingkunganmu, lalu coba pikirkan masukan konstruktif yang akan kamu berikan.
f. Berempati dengan Penulis
Terkadang, editor tidak berempati dengan jerih payah penulis, sehingga ada bias saat menilai artikel.
Coba nikmati dulu karyanya. Setiap penulis pasti ingin karyanya merupakan versi yang terbaik.
g. Tidak Langsung “Menghakimi” Tulisan yang Kurang Baik
Kalau artikelnya amit-amit jelek banget, jangan langsung menghakimi penulisnya.
Coba tanyakan secara baik-baik mengapa artikelnya punya kualitas demikian agar kamu punya gambaran tentang saran/perbaikan yang harus dilakukan.
h. Tidak Sungkan untuk Belajar Hal Baru
Seorang editor wajib mau belajar hal yang baru setiap harinya, apalagi jika artikelnya berasal dari niche atau bahasa yang berbeda.
Soft skill dari editor salah satunya adalah mampu beradaptasi loh. Termasuk dengan bacaan baru.
Editor pun juga Tidak Sempurna, jadi Mari Belajar Bersama!
Penulis pasti akan melakukan kesalahan pada draft pertama. Begitu pula dengan editor yang tidak luput dari kesalahan saat menyunting artikel.
Sebaiknya, editor dan penulis melakukan komunikasi dua arah dan bekerja sama agar tercipta artikel dengan kualitas yang baik. Bukan justru punya konflik dengan satu sama lain.
Semangat untuk semua editor artikel di dunia ini!