Content Brief – Solusi Jitu agar Konten Minim Revisi
Lagi kesal karena penulis revisi terus-terusan atau tulisan tidak sesuai ekspektasi? Sebenarnya masalah tersebut bisa diselesaikan dengan membuat content brief untuk penulis/content creator.
Ibarat manajer sebelum memulai hari bersama bawahannya. Pasti mereka akan menginstruksikan bagaimana dan apa yang harus dikerjakan oleh bawahannya. Begitu juga untuk editor/content planner/SEO specialist. Mereka harus membuat content brief sebagai instruksi kepada penulis/content creator mereka.
Apa itu content brief? Mengapa penting? Bagaimana cara membuatnya?
Apa Itu Content Brief?
Content brief adalah panduan atau instruksi berupa gambaran konten yang diberikan kepada penulis/content creator.
Brief ini dapat digunakan untuk berbagai tipe konten, baik itu tulisan, gambar, atau pun video. (bisa dalam bentuk script)
Mengapa Content Brief Itu Penting?
Content brief itu penting karena ada manfaat yang besar, yaitu:
a. Meminimalkan Revisi yang perlu Dilakukan
Jika ada revisi besar-besaran yang terjadi pada konten karena kesalahan seperti gaya bahasa yang digunakan, bisa jadi penyebabnya adalah miskomunikasi antara editor/planner dengan content creator akibat dari tidak adanya content brief atau content brief yang kurang jelas.
Content creator kasihan harus buat dari awal lagi atau revisi banyak, sementara kita juga rugi waktu dan emosi. Kalah jadi abu, menang jadi arang. Sama-sama merugi.
Jadi, buatlah content brief yang jelas agar revisi yang perlu dilakukan tidak terlalu banyak.
b. Mempercepat Pekerjaan dari Pembuat Konten
Dengan adanya content brief, content creator seperti penulis akan lebih cepat selesai dengan pekerjaannya karena mereka tahu apa yang harus dibuat, apalagi kalau ada referensinya.
Bayangkan saat pasangan kita ditanya mau makan dimana, jawabannya malah “terserah”. Pasti kita akan berpikir dulu bukan? Makan waktu lama banget untuk riset. Eh tidak tahunya pasangan kita tidak setuju, sehingga kita harus riset lagi.
Begitu juga dengan pembuatan konten. Kalau brief-nya tidak jelas atau suka-suka, pasti pengerjaannya akan memakan waktu lebih lama.
Jika ingin pekerjaan content creator-mu lebih cepat selesai, jangan lupa untuk membuat content brief.
c. Tujuan Konten lebih Jelas
Dengan adanya content brief, tujuan konten juga bisa lebih jelas. Apakah untuk:
- awareness
- leads generation
- convertion seperti closing
Jika tujuannya untuk mendapatkan leads atau “jualan”, selalu sediakan call to action di akhir artikel/konten.
d. Konsistensi Konten Terjaga
Content brief itu mirip dengan SOP pada perusahaan. SOP tersebut menjadi standar/guideline pembuatan konten, sehingga setiap konten akan punya identitas/parameter yang konsisten.
Parameter yang konsisten tersebut adalah:
- Gaya bahasa
- Sapaan
- Outline
- Sudut pandang
Semakin konsisten, maka branding juga akan semakin kuat.
Jangan di artikel A kita pakai sapaan Anda, mendadak di artikel B dengan target pembaca yang sama, sapaannya malah pakai kamu.
e. Meningkatkan Peluang untuk Ranking di Mesin Pencari
Content brief yang memasukkan outline artikel yang jelas akan membantu agar ranking di mesin pencari.
Ranking yang dimaksud di sini tidak khusus pada keyword yang kita targetkan, tetapi juga kueri lain yang masih berhubungan dengan artikel/konten kita.
Bisa jadi di keyword yang kita target tidak ranking, tetapi di kueri lain malah ranking 1 dan masuk featured snippet.
Jadi, buatlah content brief yang outline artikelnya lengkap, sehingga penulis bisa bikin artikel yang komprehensif, sehingga peluang ranking di Google untuk berbagai kueri bisa membesar.
Bagaimana Cara Membuat Content Brief?
Pada prinsipnya, pembuatan content brief adalah sejelas-jelasnya dan sedetail-detailnya. Berikut cara membuatnya:
a. Membuat List Isi dari Content Brief
Seperti saat mau belanja. Sebaiknya buat daftar belanja dulu agar jelas mau belanja apa saja dan tahu rute tercepat saat belanja. Begitu juga saat membuat content brief, maka kita harus membuat list isi dari content brief.
Contohnya, berikut isi content brief untuk artikel SEO:
- Overview
- Judul/title tag
- Target kata kunci
- Penempatan kata kunci
- Isi meta deskripsi
- Outline artikel
- Gaya bahasa
- Sudut pandang
- Jumlah kata
- Referensi
- Internal link/external link
- Call to action
- Keyword density
b. Menjelaskan Isi dari Content Brief
Setelah list-nya jadi, berikan penjelasan tentang list pada content brief-nya.
Jadi, jangan sebutkan list saja, tetapi juga jelaskan.
Contohnya:
- Gaya kepenulisan: Menggunakan bahasa kasual/tongkrongan. Tidak perlu banyak menggunakan bahasa baku yang terkesan kaku. Tidak masalah pakai bahasa JakSel seperti jujurly.
- Sapaan: Gunakan Anda sebagai sapaan karena target pembaca adalah pebisnis dan pejabat
- Jumlah kata: artikel minimal 550 kata
c. Cek Ulang Content Brief
Wah, sepertinya content brief-nya sudah selesai. Sebelum diberikan kepada penulis/content creator, coba cek lagi. Apakah brief-nya lengkap atau ada yang perlu ditambah lagi? Atau perlu penyuntingan lebih lanjut seperti ada yang perlu dikurangi pada brief-nya?
Sama seperti penulisan, pembuatan content brief juga sebaiknya tidak melewatkan proses penyuntingan.
Contoh Content Brief
Berikut contoh content brief untuk artikel SEO:
- Overview: Trading saham menjadi hot topic sekarang ini. Sayangnya, orang-orang masih ragu untuk melakukan cut loss. Karena itu, tulisan yang dibuat harus menjelaskan tentang seluk-beluk cut loss. Penekanannya adalah mengapa cut loss harus dilakukan sebagai trader.
- Kata kunci: cut loss
- Jumlah kata: minimal 500 kata
- Gaya bahasa: kasual, tetapi jangan pakai bahasa terlalu gaul seperti wicis dan jujurly
- Yang dilarang dibahas pada konten: SARA, dan pornografi
- Level plagiarisme: wajib 0%
- Keyword density berapa pun tidak dipermasalahkan selama natural dan ada indikasi keyword stuffing
- Sudut pandang: orang pertama (komunikasi satu arah)
- Call to action: mengajak orang untuk trading dan arahkan ke tautan (…) di akhir artikel.
- Outline:
- Pembuka tentang trader yang malas cut loss dan jelaskan sedikit tentang bahaya tidak mau cut loss
- Apa itu cut loss pada trading saham?
- Penyebab cut loss saat trading saham
- Mengapa trader tidak boleh ragu untuk cut loss?
- Manfaat cut loss
- Penutup dan call to action
- Referensi: investopedia,com dan investing,com
Template ini bisa digunakan sebagai acuan. Sesuaikan dengan kebutuhanmu saja karena setiap konten punya brand guideline dan tujuan yang berbeda-beda.
Daripada Membebaskan, Lebih Baik Berikan Content Brief!
Terkadang, kita terlalu membebaskan semuanya kepada penulis/content creator kita alias membiarkan mereka berkreasi tanpa content brief sama sekali.
Meski terlihat “bebas”, sebenarnya penulis/content creator bisa mengalami kebingungan karena tidak ada arahan atau brief sama sekali. Mereka akan semakin pusing kalau ternyata karya yang mereka buat tidak sesuai ekspektasi kita, sehingga banyak revisi.
Tidak hanya mereka saja yang rugi. Kita juga rugi karena waktunya untuk mempublikasikan konten malah dipakai untuk revisi. Belum lagi kalau kita naik darah karena hal itu, kerja jadi tidak fokus.
Ingat bahwa penulis/content creator itu bukan cenayang atau telepath yang bisa membaca pikiran kita. Jadi, buatlah content brief sejelas-jelasnya dan sedetail-detailnya.
Jangan langsung menyalahkan penulis/content creator dulu saat konten yang dibuat tidak sesuai ekspektasi. Introspeksi juga apakah content brief yang kita buat sudah cukup jelas atau malah berantakan dan sulit dipahami?
Mari buat simbiosis mutualisme! Kita senang konten sesuai dengan ekspektasi karena content brief kita lengkap. Sementara itu, penulis/content creator juga senang karena terdapat penjelasan yang jelas dan detail, sehingga pekerjaan mereka bisa cepat selesai.
Referensi:
https://agencyanalytics.com/blog/content-brief#:~:text=A%20content%20brief%20is%20a,scripts%2C%20product%20pages%2C%20etc.
Pingback: Bagaimana Cara Menjadi Copywriter yang Sukses?
Pingback: 9 Cara Menang Lomba Blog/Menulis - Based on Experience
Pingback: 9 Cara Menjadi Penulis Lepas - Petunjuk untuk Pemula
Pingback: 6 Cara Menyunting Artikel - Proofreader dan Editor Wajib Masuk!