Content WritingSEO

Keyword Stuffing – Lebih Banyak Tidak Sama dengan Lebih Baik?

Dalam penulisan artikel untuk optimasi SEO, kesalahan yang mungkin dilakukan adalah keyword stuffing atau dengan kata lain menumpuk kata kunci dalam suatu artikel. Biasanya keyword placement-nya agak memaksakan.

Tidak main-main, bahkan kesalahan/hal ini termasuk dalam teknik black hat SEO. Hal ini dapat menyebabkan situs kita mengalami penalti berupa deindex Google.

Sebenarnya apa itu keyword stuffing? Apa ada contohnya? Mengapa berbahaya untuk SEO situs? Bagaimana cara menghindari dan mengatasinya?

Apa Itu Keyword Stuffing?

Dikutip dari Google Search Central, keyword stuffing adalah memasukkan kata kunci atau nomor ke dalam suatu situs yang bertujuan untuk memanipulasi ranking di Google SERP. Biasanya, kata kunci ditempatkan secara tidak natural dan tidak nyambung dengan konteks keseluruhan artikel.

Salah satu ciri keyword stuffing adalah keyword density yang tinggi dan banyak kalimat/kata/frasa yang redundant pada artikel.

Contoh Keyword Stuffing

Contoh dari keyword stuffing adalah:

  • Daftar nomor HP tanpa adanya value tambahan
  • Pengulangan kata secara tidak natural (bisa dibilang bukan kalimat efektif)

“Kita tahu bahwa pahlawan adalah orang yang melawan villain. Pahlawan tidak akan hadir tanpa adanya penjahat. Pahlawan di mata A bisa jadi adalah villain menurut B. Jadi, jangan salah paham soal pahlawan.”

Lihat, kata kunci pahlawan terlihat muncul berkali-kali (redundant), sehingga kalimatnya kurang enak dibaca.

Apakah Keyword Stuffing Memengaruhi Ranking di Google SERP?

Jawabannya adalah iya, tapi dalam bentuk negatif. Dikutip dari Google Search Central, keyword stuffing termasuk pelanggaran pada Google spam policies, sehingga jika ada situs yang melakukannya, maka berpotensi mendapatkan penalti dari Google.

Dikutip dari Search Engine Journal, Google update seperti Florida update dan Panda update memberikan demosi pada situs yang membuat konten tipis yang tidak memberikan nilai tambah.

Apa pun update yang diberikan Google, tetap terapkan prinsip user first.

Seberapa Besar Keyword Density yang Termasuk Keyword Stuffing?

Tidak ada persentase keyword density yang pasti untuk dikatakan bahwa suatu artikel terdapat indikasi keyword stuffing.

Keyword density dengan besar 4% juga tidak termasuk keyword stuffing selama kata kuncinya ditempatkan secara natural dan artikelnya masih nyaman untuk dibaca.

Mengapa Keyword Stuffing Berbahaya?

a. Situs Berpotensi Dipenalti oleh Google

Dari penjelasan di atas, jelas bahwa keyword stuffing memiliki dampak buruk kepada rank di SERP dan termasuk dalam teknik black hat SEO (melanggar Google spam policies).

Ingat, penalti Google itu tidak hanya penurunan ranking di SERP, tetapi juga tidak ranking sama sekali di SERP.

Hal ini tentunya berbahaya karena potensi traffic akan hilang.

b. Menurunkan Minat Membaca User

Artikel yang terdapat indikasi keyword stuffing pasti banyak kalimat/frasa/kata yang redundant, sehingga tidak nyaman untuk dibaca. Bahkan bisa dibilang merupakan low value content.

Kalau begitu, user akan kehilangan minat membaca, sehingga tidak akan membaca sampai habis, tidak mengklik call to action, dan langsung pergi dari situs (bounce rate naik).

Jangan banyak-banyak mencantumkan keyword. Percuma rank kalau yang baca juga tidak minat karna artikelnya tidak nyaman untuk dibaca bukan?

Bagaimana Cara Menghindari Keyword Stuffing?

1. Untuk Penulis

a. Abaikan Keyword saat Menulis

Saat menulis artikel untuk optimasi SEO, mungkin kita akan diberi content brief soal berapa keyword yang harus muncul. Meski demikian, jangan terlalu fokus pada hal tersebut agar kita bisa membuat artikel yang terbaik untuk user.

Kalau artikel dibuat secara natural, percayalah kalau keyword akan bisa ditempatkan juga secara alami dan tanpa paksaan.

b. User First

Pakai prinsip user first saat menulis artikel untuk optimasi SEO. Ingat bahwa yang akan membaca artikel kita itu manusia, bukan mesin!

2. Untuk Editor

a. Perhatikan Keyword Density

Untuk editor, kita bisa memerhatikan seberapa besar keyword density dari suatu artikel (misalnya dengan Yoast). Kalau terlalu besar, ada kemungkinan terjadi keyword stuffing pada artikelnya.

b. Baca dan Sunting

Jika menemukan artikel dengan keyword density yang besar, maka kita harus membacanya terlebih dahulu. Kalau penempatan keyword-nya dilakukan secara natural, maka tidak masalah.

Kalau penempatannya terlihat memaksa dan tidak natural, maka lakukan penyuntingan seperti parafrase atau ganti keyword dengan sinonimnya.

Apa yang harus Dilakukan jika Terlanjur Melakukan Keyword Stuffing?

Kalau pernah melihat kasus keyword stuffing/pernah melakukannya pada blog yang dikelola, maka segera lakukan penyuntingan dan refresh/update artikelnya.

Lebih Banyak Bukan Berarti Lebih Baik

Dalam penulisan artikel untuk optimasi SEO, semakin banyak keyword/semakin besar keyword density, bukan berarti akan semakin bagus untuk optimasi, justru kebalikannya dan hal ini sudah dikonfirmasi sendiri oleh Google.

Untuk menghindari keyword stuffing, menulis untuk user menjadi solusi utamanya bagi penulis dan melakukan proses penyuntingan menjadi metode yang harus dipakai oleh editor.

Mari buat artikel yang bagus untuk pembaca! Bukan fokus menambah keyword yang bikin artikelnya tidak nyaman untuk dibaca.

Referensi:

https://developers.google.com/search/docs/essentials/spam-policies#keyword-stuffing

https://www.searchenginejournal.com/ranking-factors/keyword-stuffing/

Author

2 thoughts on “Keyword Stuffing – Lebih Banyak Tidak Sama dengan Lebih Baik?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *