AdsenseContent Writing

Low Value Content – Konten yang Tidak Berharga?

Siapa di sini yang pernah membaca suatu konten, lalu tidak sampai sepuluh detik, tidak mau membacanya lagi karena menimbulkan kesan seperti “apaan sih ini, konten gak jelas”. Hal tersebut bisa menjadi pertanda bahwa kontennya merupakan low value content.

Tidak hanya berbahaya untuk pembaca saja, bahkan low value content dapat berbahaya bagi pembuatnya.

Apa itu low value content? Apa saja ciri-ciri dan bahayanya? Bagaimana cara memperbaikinya?

Apa Itu Low Value Content?

Low value content adalah konten yang tidak memberikan nilai apa pun kepada pembacanya atau bernilai rendah.

Dikutip dari salah satu forum Support Google, low value content adalah konten yang tidak bernilai/bermanfaat di mata Google atau pun pembaca. Bisa dibilang, low value content hampir sama dengan thin content.

Ciri-Ciri Low Value Content

Dari perspektif SEO, low value content adalah konten yang:

Dari segi digital marketing, hal ini bisa juga jadi patokan:

  • Klik CTA (call to action) yang sedikit (jumlah atau persentasenya)
  • Bounce rate yang tinggi
  • User hanya sebentar saja dalam membaca kontennya
  • Page view yang rendah (baik itu unique atau tidak)

Penyebab Adanya Low Value Content

Berikut beberapa kemungkinan penyebab adanya low value content:

  • Target kuantitas konten dari tim konten yang tidak manusiawi/overwhelming
  • Pembuat konten yang kurang riset atau tidak ada ilmu tentang apa yang ia tulis/buat
  • Bayaran tim kreator konten yang rendah/tidak pantas
  • Target pembaca yang suka low value content
  • Content brief yang kurang jelas
  • Menulis dengan AI tanpa adanya revisi

Mengapa Low Value Content Berbahaya?

a. Tidak Memberikan Informasi secara Lengkap

Informasi yang tertulis di low value content pastinya tidak lengkap. Hal ini berbahaya, terutama di topik YMYL.

Bayangkan kalau kontennya memberi tahu untuk cara A, tetapi tidak dengan pre-caution-nya atau kurang lengkap caranya. Di topik YMYL, hal ini dapat mengakibatkan nyawa seseorang melayang.

Kita pastinya tidak ingin membaca konten yang dibuat setengah-setengah bukan?

Konten yang outdated juga berbahaya di topik YMYL. Misalnya, ada konten yang mengatakan obat A yang dulu aman, ternyata baru-baru ini dibilang berbahaya oleh BPOM. Maka konten tersebut harus di-update agar tidak menjadi hoax.

b. Merusak Reputasi Situs

Situs yang selalu/sering menampilkan low value content pastinya akan punya reputasi yang buruk. Mengapa? Karena situs tersebut terlihat tidak niat dalam membuat konten untuk pembacanya/konsumennya. Hal ini akan semakin parah jika kontennya merupakan hasil plagiat atau pun tidak faktual.

Lama kelamaan, meski andaikan situs tersebut mendapatkan rank 1 atau pun featured snippet di Google, maka orang-orang yang tahu reputasi buruknya karena low value content tidak akan mau mengklik hasil pencariannya.

Tidak hanya berpengaruh ke klik. Efek dominonya, reputasi perusahaan (jika kamu mengurus situs perusahaan) juga bisa ikut terkena imbasnya.

Ingat bahwa situs kita bisa jadi first impression bagi pengunjungnya. Jadi, jangan rusak first impression tersebut dengan low value content.

Jika kamu menampilkan author box dalam blognya. Maka reputasi penulis dan editor bisa jadi taruhannya.

c. Tidak Di-Approve Google Adsense

Kalau kita ingin mendapatkan uang dari Google Adsense (diterima Google Adsense), maka kita tidak boleh membuat low value content. Pasti situs kita akan ditolak kalau kontennya tidak bermanfaat untuk user atau di mata Google sendiri.

Ingin membangun passive income lewat Google Adsense? Modal yang diperlukan adalah konten yang berkualitas, bukan sampah!

d. Berurusan dengan Hukum

Salah satu contoh konten yang tidak bernilai adalah konten yang diplagiat. Kalau pencipta aslinya mengetahui bahwa kontennya diplagiat dan tidak senang, bisa saja mereka memakai jalur hukum.

Kita tentunya tidak mau menghadapi hal tersebut bukan? Terlalu banyak makan waktu dan tenaga. Lagipula, plagiarisme adalah bentuk pelanggaran etika menulis dan pembuatan konten. Jadi, jangan pernah plagiat.

e. Kena Penalti Google

Boro-boro mau rankinglow value content seperti konten yang diplagiat berpotensi untuk kena penalti Google. Begitu juga konten yang lamannya broken link atau informasinya outdated.

Apalagi kalau menerapkan teknik black hat SEO seperti keyword stuffing. Sepertinya tinggal tunggu penalti Google saja.

f. Tidak Mencapai Tujuan Content Marketing

Blog adalah salah satu bentuk content marketing di dunia digital marketing. Kalau kontennya tidak berharga, jangankan ada yang mau klik call to action atau tertarik mengenal brand lebih jauh. Habis membaca kalimat pembuka saja sepertinya user sudah pada pergi.

Kalau begitu, bagaimana user akan melangkah ke funnel selanjutnya dalam customer journey? Akhirnya tujuan content marketing gagal.

Bagaimana Cara Memperbaiki Low Value Content?

Jika kita telanjur membuat low value content. Maka solusinya adalah antara menghapusnya lalu membuat yang baru, atau memperbaikinya (menyuntingnya).

Berikut cara memperbaiki low value content:

a. Tetapkan Tujuan Konten

Ingat kembali tujuan dari konten yang dibuat. Bentuk perbaikan konten tentunya adalah mendefinisikan ulang tujuan kontennya. Apakah untuk:

  • Edukasi
  • Entertain
  • Menjual
  • Mendapatkan leads (ada klik CTA atau lead magnet)

b. Membangun Outline Baru

Biasanya, low value content punya outline yang terlalu sedikit.

Jika outline-nya dirasa hanya butuh dilengkapi, maka kita bisa memberikan tambahan outline saja, sesuai dengan search intent dari user.

People also ask dan 5w + 1h dapat membantu dalam pembuatan outline.

c. Pastikan sudah Memenuhi Search Intent 

Dari outline dan konten, kita bisa melihat apakah konten kita sudah memenuhi search intent atau belum.

Konten tidak bernilai yang diperbaiki seharusnya sudah sesuai dengan search intent dari user.

d. Mengecek Plagiarisme

Kalau kontennya tergolong low value karena tingkat plagiarisme yang tinggi, sebenarnya lebih baik dihapus. Namun, kalau ternyata plagiarismenya hanya di beberapa bagian saja, maka kita bisa menyuntingnya.

Setelah perbaikan selesai (biasanya dalam bentuk parafrase), maka kita bisa mengecek berapa persen plagiarismenya. 0% alias unik adalah yang terbaik.

Cara mengecek plagiarisme bisa dengan tools seperti:

  • Smallseotools.com
  • Copyscape

e. Update Konten yang Usang

Jika ada konten yang outdate, apalagi termasuk topik YMYL. Maka bentuk perbaikannya adalah update sesuai dengan referensi terbaru.

Konten yang diperbaiki dari awalnya misleading dan hoax menjadi faktual dan bermanfaat untuk pembaca.

f. Cek Ulang seluruhnya sebelum Update

Terakhir, setelah semuanya diperbaiki seperti kalimat pembuka, isi, penutup, plagiarisme, outline, kesalahan dalam penulisan, dll. Maka kita bisa mengecek ulang beberapa hal berikut ini:

Yuk Buat Konten yang Berkualitas!

Low value content itu tidak hanya berbahaya untuk pembacanya, tetapi juga pada kreatornya.

Sebagai win-win solution, jelas kalau kita harus membuat konten berkualitas tinggi. Pembaca mendapatkan informasi yang mereka inginkan dan kreator konten/pemilik website mendapatkan traffic/leads atau reputasi karena kualitas kontennya.

Jadi, jelas bukan kalau kita harus membuat high value content?

Sumber:

https://support.google.com/adsense/thread/125202531/low-value-content-need-explanation?hl=en

Author

2 thoughts on “Low Value Content – Konten yang Tidak Berharga?

  • Iya alasan ditolah kebanyakan ini low value conten semua

    Salam MediaWeb4U

    Reply
  • Wah, terima kasih banyak atas sharingnya. Jadi makin semangat untuk provide konten-konten berkualitas

    Reply

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *