SEO

Google Sandbox – Myth Menyeramkan untuk Domain Baru

Dalam dunia SEO, ada myth yang populer. Myth tersebut bernama Google sandbox. Menurut orang-orang SEO sendiri, Google sandbox ini menjadi penyebab mengapa domain yang umurnya masih muda atau baru saja teregistrasi mengalami kesulitan untuk ranking di SERP.

Jadi, apa itu Google sandbox? Apakah benar-benar ada?

Apa Itu Google Sandbox?

Google sandbox atau sandbox effect adalah istilah yang digunakan marketer untuk mendeskripsikan kondisi di mana sebuah domain baru kesulitan untuk mendapatkan ranking atas di SERP dengan durasi tertentu meskipun telah menggunakan optimasi SEO seperti membuat konten berkualitas, loading speed yang cepat, dan mendapatkan backlink berkualitas. Padahal, jika dicek di mesin pencari lain seperti Bing, Yahoo, dan Yandex, domain kita bisa ranking.

Dari definisi ini, cukup jelas perbedaan sandbox dengan Google dance.

Mengapa Marketer Yakin Ada Google Sandbox? Bagaimana Proses Logikanya?

Pada tahun 2004, marketer menyadari bahwa domain baru mengalami kesulitan untuk ranking meski mereka melakukan optimasi dalam bentuk best practice atau dengan kata lain white hat SEO.

Logika di balik Google sandbox adalah Google perlu mengevaluasi domain baru terlebih dahulu sebelum memberikan kepastian bahwa suatu domain layak untuk ranking di SERP atau tidak untuk mencegah adanya spam di SERP.

Berapa Lama suatu Situs “Terperangkap” dalam Google Sandbox?

Karena istilah ini belum terkonfirmasi, maka tidak ada durasi yang jelas sampai kapan suatu situs bisa keluar dari Google sandbox.

Beberapa orang SEO percaya bahwa suatu situs bisa “terperangkap” di dalam Google sandbox dalam waktu beberapa bulan sampai 2 tahun. Meski menurut sumber tulisan ini, rata-rata durasi Google sandbox adalah 6 bulan saja. Bahkan, co-founder dari MoZ, Rand Fishkin pernah mengaku bahwa domainnya “terperangkap” di dalam Google sandbox selama 9 bulan.

Saat periode tersebut, mustahil untuk rank di 10 besar pada SERP (klaim).

Hanya saja, ada istilah bernama honeymoon period di mana situs baru mendapatkan ranking lebih bagus, kemudian hilang sementara waktu. Apakah kamu pernah merasakannya? Kalau penulis sendiri pernah merasakannya dan rasanya menyebalkan sekali. Berasa di-prank.

Bagaimana Respon Google tentang Google Sandbox?

Google secara tegas membantah bahwa mereka punya algoritma bernama Google sandbox.

Menurut John Mueller, search advocate Google pada tahun 2018, Google sendiri tidak memiliki sandbox tradisional yang ramai dibicarakan oleh orang SEO.

Kita punya algoritma yang mirip dengan sandbox, tetapi secara esensial, algoritma ingin mencoba untuk mengerti tentang bagaiman suatu situs cocok dengan semua situs yang mencoba untuk ranking di suatu kueri. Hal ini selalu tricky, terutama pada situs baru dan kami kurang paham bagaimana cara menjelaskannya dengan kata-kata – John Mueller

 

Dari statement John Mueller tersebut, dapat disimpulkan bahwa ia membantah bahwa Google punya algoritma bernama sandbox, tetapi ia mengakui bahwa ada “algoritma yang mirip dengan sandbox“. Alasan adanya algoritma tersebut adalah untuk memahami suatu domain baru.

Tanda bahwa Situs Masuk ke Google Sandbox

Tanda yang paling kelihatan jika suatu domain masuk ke Google sandbox adalah tidak adanya nama domain/domain tersebut di SERP, bahkan ketika kita menggunakan kueri dengan navigational intent, bahkan untuk exact match domain sekali pun, tetapi di mesin pencari selain Google, domain kita ada.

Meski demikian, jangan langsung berasumsi jika situs kita masuk ke Google sandbox (lagi pula tidak terkonfirmasi). Bisa saja situs kita dipenalti Google karena pernah melakukan teknik black hat/grey hat.

Bagaimana Cara Mencegah Domain Kita Masuk/Terperangkap pada Google Sandbox?

Karena Google sandbox adalah filter yang tidak terkonfirmasi, sangat sulit untuk mengetahui apakah domain kita akan masuk ke “kotak” ini atau tidak. Namun, beberapa cara ini bisa dilakukan agar situs kita terindeks dan bisa ranking di Google:

Konsisten Optimasi, Tidak Perlu Khawatir soal Google Sandbox

Dengan adanya myth soal Google sandbox, pastinya hal ini menjadi penyebab demotivasi untuk pemilik domain yang umur domainnya masih muda. Pasti menjengkelkan sudah capek-capek optimasi, ternyata mesin pencari memasukkan kita ke semacam “kotak” dengan sengaja karena dianggap masih terlalu muda, sehingga belum pantas untuk ranking.

Jika dipikir baik-baik, hal ini mirip dengan senioritas yang buruk. Di mana seorang junior yang punya skill berkompeten tidak bisa masuk tim inti karena ada pemain yang lebih tua, padahal junior tersebut punya kemampuan yang lebih bagus dari seniornya.

Kalau menurut penulis, meski logika adanya Google sandbox itu masuk akal, tetapi hal ini akan merugikan content creator yang baru merintis. Pastinya Google tidak mau merusak reputasinya sendiri bukan?

Jadi, daripada khawatir dan demotivasi karena adanya myth bernama Google sandbox, lakukan optimasi sebaik-baiknya secara konsisten yuk!

Sumber:

https://www.searchenginejournal.com/mueller-mentions-google-sandbox-and-honeymoon-ranking-effects/408994/

https://ahrefs.com/blog/google-sandbox/

https://ahrefs.com/seo/glossary/google-sandbox

Author

One thought on “Google Sandbox – Myth Menyeramkan untuk Domain Baru

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *