Content Pillar – Cara Mudah untuk Mendapatkan Ide
Dalam mencari ide konten atau menyusun content plan, salah satu metode yang bisa kita terapkan adalah content pillar. Bukan pilar bangunan ya, tetapi sebenarnya mirip. Konten pilar di sini menjadi basis dari berbagai ide konten atau semacam turunan.
Tidak hanya di media sosial, metode ini juga sangat bagus diterapkan untuk konten di kanal digital marketing lainnya.
Yuk ketahui lebih lanjut tentang content pillar!
Apa Itu Content Pillar?
Content pillar adalah topik utama atau basis dari pembuatan konten yang kita buat. Bisa dibilang, content pillar adalah “orang tua” dari turunan ide konten yang kita buat.
Bisa dibilang content pillar mirip dengan keyword mapping. Perbedaannya terletak pada penyortirannya.
Apa saja Manfaat Content Pillar?
a. Menyusun Content Plan dengan lebih Mudah
Dengan adanya content pillar, kita bisa menyusun content plan dengan lebih mudah. Mengapa? Karena kita tahu basis dari suatu konten, sehingga menemukan ide turunannya menjadi lebih cepat.
Semakin cepat jumlah ide berkualitas yang didapatkan, maka semakin mudah dan cepat juga content plan–nya jadi.
b. Memperkuat Topical Authority suatu Brand
Content pillar akan memastikan konten yang kita buat tidak “keluar jalur”. Semakin terspesialisasi konten kita ke suatu topik, semakin besar juga topical authority-nya.
Contohnya, ada akun digital marketing, mendadak membahas soal penyakit kanker. Audiensnya pasti tidak akan percaya dan merasa aneh bukan? Kok akun digital marketing bahas topik kesehatan seperti kanker?
c. Mendapatkan Ide Baru
Saat mencari ide konten tanpa pilar, bisa saja kita meriset secara acak untuk menemukan idenya. Sayangnya, metode ini kurang efektif karena sekedar dapat ide tunggal, tetapi tanpa turunannya. Padahal, dari content pillar, kita bisa mendapatkan ide baru, terutama dari bahasan “daging” alias dalam, ternyata ada yang lebih dalam/spesifik lagi.
d. Mempermudah Internal Linking
Dalam SEO, membuat konten dengan basis content pillar akan mempermudah dalam penanaman internal link. Alasannya adalah karena setiap konten berkesinambungan, sehingga peluang adanya internal link yang relevan semakin tinggi.
Untuk internal linking, kita bisa membuat anchor text yang relevan dengan blog kita (yang masih satu domain).
Kalau bahasan antar kontennya tidak berkesinambungan, akan semakin sulit menanam internal link, sehingga bisa ada banyak orphan page.
e. Mencegah Writer’s Block
Karena kita punya pilar atau fondasi, maka kita bisa tahu apa langkah selanjutnya dalam pencarian ide konten. Hal ini tentunya dapat mencegah writer’s block karena turunan dari ide konten bisa saja ada turunannya lagi
Bagaimana Cara Membuat Content Pillar
a. Ketahui Brand Guideline, Visi, atau Tujuan Perusahaan/Pembuatan Konten
Jelas sekali bahwa langkah pertama adalah ketahui brand guideline, visi, dan tujuan pembuatan konten.
Content pillar yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan hal yang disebutkan di paragraf sebelumnya.
Contohnya, kalau kita mengurus media feminisme, maka jangan masukkan content pillar yang pro patriarki.
b. Mulai dari Short Tail/Seed Keyword
Short tail keyword atau seed keyword bisa menjadi pilar yang bagus. Jadi jangan ragu untuk riset kata kunci pendek terlebih dahulu untuk menemukan turunan topiknya/long tail keyword-nya.
Contoh paling mudah, misalnya di niche personal finance, maka pilarnya adalah:
- Investasi
- Hutang
- Pemasukan/income
- Pengeluaran
- Asuransi
Dari pilar tersebut, kita bisa punya ide tentang turunan keyword-nya.
c. Cari Ide Turunan dari Pilar
Setelah mendapatkan pilar atau “orang tua” dari topiknya. Segera cari ide turunannya.
Misalnya, dari pilar yang di atas (investasi, hutang, pemasukan/income, pengeluaran, dan asuransi). Maka ide turunannya adalah:
- Investasi berisiko tinggi
- Investasi risiko rendah
- Profil risiko dalam investasi
- Cara berhutang dengan aman
- BI checking
- Bunga dalam hutang
- Passive income
- Cara menambah pemasukan
- Cara meminimalkan pengeluaran
- Pengeluaran tidak terduga
- Polis asuransi
- Cara memilih agen asuransi
- Asuransi gagal diklaim
Bagaimana cara mendapatkan ide turunan pilar? Kita bisa tahu lewat tools seperti:
- Ubersuggest
- Google trend
- Semrush
- Ahrefs
- Chat GPT
Tidak hanya lewat tools, bahkan pemikiran atau kehidupan sehari-hari bisa jadi inspirasi dari turunan content pillar, terutama di niche yang relate dengan kehidupan sehari-hari seperti kesehatan dan keuangan.
c. Cek Beberapa Parameter dalam Ide Konten
Nah, ide sudah terkumpul, waktunya cek beberapa parameter agar kita bisa tahu mana konten yang diprioritaskan. Beberapa parameter tersebut adalah:
- Kategori yang lebih khusus
- Seasonal/evergreen
- Search volume
- Kueri yang berkaitan
- Kompetisi
- Search intent
- Kesulitan dalam pembuatan konten (konten in depth lebih sulit dan lama pembuatannya)
- Kompetitor
Parameter di atas juga bisa jadi bagian untuk merevisi content pillar, apakah ada ide yang harus ditambah atau tidak dipakai.
d. Sortir lebih Lanjut untuk Menentukan Prioritas dalam Content Plan
Setelah mengecek beberapa parameter, waktunya menentukan prioritas mana ide yang perlu dibuat dulu kontennya.
Hal ini bisa jadi guideline:
- Letakkan seasonal content terlebih dahulu di content plan
- Kalau targetnya traffic, prioritaskan ide konten dengan volume pencarian tinggi. Sementara itu jika untuk lead generation, prioritaskan kata kunci dengan transactional search intent
- Berkomunikasilah dengan tim customer service atau sales. Tanya apa yang menjadi kendala leads, sehingga ragu untuk beli atau keluhan dari klien produk/jasa kita. Jawaban dari mereka menjadi petunjuk tentang prioritas
- Ketahui berapa kapasitas tim konten/editorial. Bisa jadi ada lebih dari satu konten yang dibuat per harinya. Jangan paksa banyak karena kualitas konten juga penting. Membuat konten saat burnout pasti banyak kesalahannya
- Bangun topical authority. Lebih spesialis, maka akan lebih baik. Kita tidak akan mendengar ocehan tentang penyakit jantung dari orang yang terbiasa menulis tentang investasi saham bukan?
- Komentar dari orang yang komentar seperti blogwalking juga bisa jadi petunjuk
- Cek bagaimana kompetitormu (benchmark). Contohnya, kalau isi SERP lumayan tinggi dengan brand besar, maka kita bisa dijadikan prioritas paling belakang
e. Sematkan Internal Link
Disclaimer: bagian ini hanya berlaku untuk blog.
Karena biasanya konten yang dibuat dengan content pillar itu berkesinambungan, maka akan lebih mudah dalam menyematkan internal link-nya.
Internal link penting dalam optimasi on-page SEO karena tautan jadi lebih cepat terindeks dan user akan lebih lama di dalam situs.
Jadi, kalau ada konten yang dibuat, segera update internal link. Jangan sampai ada orphan page.
f. Promosikan Konten
Setelah semua jadi dan dapat internal link. Promosikan konten yang telah dibuat. Beberapa cara ini bisa dilakukan:
- Mengirim kontennya dengan e-mail kalau punya subscriber untuk newsletter atau database yang berisi leads
- Mirroring dengan posting di media sosial
- Iklan, terutama untuk konten testimoni
Tidak Perlu Pusing dengan Writer’s Block selama Ada Content Pillar
Kehabisan ide alias writer’s block pastinya adalah suatu hal yang menyebalkan. Sebenarnya hal ini bisa ditangani dengan membuat content pillar.
Dengan content pillar, kita bisa mendapatkan turunan ide konten yang bagus, bahkan tidak terpikirkan sebelumnya.
Setelah content pillar jadi tinggal eksekusi pembuatan kontennya saja yang jadi tantangan.
Yuk buat content pillar agar content plan kita terlihat rapi dan situs kita punya otoritas topik yang tinggi!