Konten Panjang – Semakin Panjang, Semakin Baik?
Sebagai penulis, mungkin terkadang kita mendapatkan pesanan konten panjang seperti artikel dengan jumlah kata lebih dari 1000 atau malah 2000.
Rasanya mungkin berat, terutama jika referensinya sedikit, namun apakah konten panjang adalah hal yang selalu wajib diterapkan?
Apa Itu Konten Panjang?
Konten panjang atau long-form content adalah konten dengan jumlah kata yang sangat banyak.
Ada beberapa pendapat, seperti patokannya adalah di atas 700, atau bahkan 1800 kata baru bisa dikatakan konten panjang.
Kalau menurut penulis sendiri, 1000 kata sudah termasuk konten panjang karena dari 1000 kata, cukup banyak outline/sub judul yang bisa dibuat.
Jika mamakai estimated reading time. Konten dengan waktu baca lebih dari 7 menit bisa termasuk konten panjang.
Dalam perspektif video, konten panjang adalah video dengan durasi lebih dari tiga menit.
Kelebihan Konten Panjang
a. Komprehensif
Konten panjang biasanya punya pembahasan yang komperehensif alias lengkap.
Keseluruhan search intent atau 5w1h semuanya terpenuhi.
Jadi, tidak perlu khawatir kalau ada pertanyaan atau search intent yang tidak terjawab.
b. Berpeluang untuk Ranking di Berbagai Kueri
Jumlah kata memang tidak memengaruhi ranking di Google (pernah dibahas di tautan ini), namun, konten panjang punya peluang untuk ranking di berbagai kueri karena menjawab banyak search intent.
c. Cocok untuk Audiens yang Gemar Membaca dan Berliterasi Tinggi
Untuk audiens yang suka sekali membaca, apalagi berliterasi tinggi, konten panjang adalah favorit mereka.
Jadi, kalau target audiens punya persona seperti itu, buatlah konten panjang. Jangan yang pendek!
d. Kredibilitas lebih Terjaga
Konten panjang butuh banyak referensi, sehingga kredibilitas tulisan bisa lebih terjaga.
Kekurangan Konten Panjang
a. Effort yang lebih Banyak
Karena kontennya panjang, perlu effort lebih banyak mulai dari riset, penulisan, hingga penyuntingan dan akhirnya tayang.
Dengan kata lain, pembuatan konten panjang memerlukan waktu lebih lama dan energi lebih besar.
b. Kurang Cocok untuk Audiens yang Sukanya To The Point
Kalau audiens kita sukanya pembahasan yang langsung to the point, konten panjang akan jadi bumerang.
Bisa jadi mereka akan langsung bounce, padahal baru masuk atau sekedar scanning.
c. Peluang Klik Call to Action Mengecil
Konten panjang belum tentu dibaca sampai habis oleh pembaca, sehingga jika ada call to action berupa klik, peluang untuk terjadinya klik akan mengecil.
Fakta Menarik Soal Konten Panjang
- Menurut platform Medium, tulisan yang sukses di platform mereka biasanya punya 1600 kata.
- Selain itu, menurut riset dari serpIQ, konten yang ranking atas di Google punya rata-rata lebih dari 2000 kata.
- Dikutip dari riset oleh ViperChill, konten personal development punya rata-rata jumlah kata terbanyak
Bagaimana Cara Membuat Konten Panjang?
a. Kumpulkan Referensi Terlebih Dahulu
Sebelum menulis konten panjang, sebaiknya kumpulkan berbagai referensi dari internet, buku, atau sumber lainnya.
Tidak mungkin mengandalkan satu referensi saja untuk konten 3000 kata.
b. Membuat Outline yang Terorganisir
Karena panjang, outline yang kita buat harus lebih terstruktur.
Terkadang, mungkin konten yang kita buat kerangkanya ada yang harusnya lebih awal dibahas malah justru di akhir-akhir atau sebaliknya.
Untuk awal, buat dulu outline kasar lewat 5w1h, lalu susun agar bridging-nya bagus dan aliran tulisannya enak untuk dibaca.
c. Buat Pembuka Artikel yang Menarik
Audiens akan menilai apakah kontennya layak dilanjutkan atau tidak lewat pembuka artikelnya.
Manfaatkan curiosity gap atau hook lainnya agar pembaca tertarik untuk lanjut membaca konten kita, apalagi kalau kontennya lebih dari 1000 kata.
d. Paragraf Tiap Subjudul Sebaiknya Singkat, Jelas, Padat
Meski namanya konten panjang, setiap paragraf tetap sebaiknya disusun dengan baik.
Paragraf yang baik adalah yang singkat, jelas, padat, dan mendeskripsikan apa yang user cari. Ditambah dengan penjelasan yang runtut dan saling berkesinambungan.
e. Tutup dengan “Elegan”
Pembaca telah sampai ke penutup. Untuk mengapresiasi mereka, buatlah penutup yang “elegan”.
Contoh penutup yang bagus adalah rangkuman dari kontennya atau kesimpulan dari apa yang mereka baca.
Jika tujuan artikelnya adalah untuk conversion, selipkan call to action.
f. Tambah Gambar
Kalau konten panjang, kita bisa tambah gambar untuk menambah estetika visual. Namun, sebaiknya gambarnya telah dioptimasi agar tidak memperlambat loading speed dari situs.
Buatlah Konten Panjang untuk Audience Persona yang Tepat
Meski menurut berbagai riset konten panjang punya performa yang jauh lebih baik, jangan makan riset tersebut secara mentah. Ingat bahwa kita membuat konten untuk audiens. Kalau kita membuat konten panjang untuk audiens yang suka konten pendek, justru nanti konten kita yang tidak perform.
Karena konten panjang punya effort yang lebih banyak, jangan lupa untuk menikmati proses pembuatannya agar tidak mengalami writer’s block.
Happy writing!
Referensi:
https://blog.hubspot.com/marketing/the-ins-and-outs-of-writing-long-form-content